A. DASAR AKIDAH ISLAM DAN DALILNYA
1. Pengertian Akidah Islam
Kata akidah berasal dari bahasa Arab, yaitu :
akoda ya-kidu yang artinya suatu ikatan atau janji. Para ulama tauhid memberikan definisi akidah Islam sebgai berikut :
Artinya: “sesuatu yan terikat kepadanya hati dan hati nurani”.
Allah SWT. berfirman :
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu”
(QS. Al-Maidah : 1)
Kata al-uqud pada ayat tersebut dapat diartikan sebagai janji/aqad. Aqad (perjanjian) mencakup: janji prasetia hamba kepada Allah dan Perjanjian yang dibuat oleh manusia dalam pergaulan sesamanya. Janji setia hamba kepada Allah maksudnya suatu aqad atau janji seorang hamba kepada Tuhannya tentang kesaksian diri sang hamba yang mengaku “tiada Tuhan selai Allah dan Nabi Muhammad itu utusan Allah”.
Aqidah Islam adalah pokok-pokok kepercayaan yang harus diyakini kebenarannya oleh setiapmuslim dan memiliki prinsif-prinsif dasar yang harus dipegang teguh oleh penganutnya”.
2. Dasar-dasar akidah Islam dan Dalilnya
Akidah Islam memiliki dasar-dasar yang harus dijadikan pedoman oleh kaum muslimin yaitu Al-Qur’an dan Al-Hadits. Adapun dalilnya adalah :
1) Sabda Rasulullah saw.
)Artinya : “telah kutinggalkan kepadamu dua pedoman. Jika kamu tetap berpegang teguh kepada keduanya, kamu tidak akan tersesat Selama-lamanya, yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasulullah (Al-Hadits).” (HR. Bukhari).
2) Firman Allah SWT. dalam surat al-Baqarah ayat 285:
Artinya: “Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."
B. TUJUAN AKIDAH ISLAM DAN DALILNYA
Akidah Islam memiliki tujuan yang sangat mulai dan sangat penting bagi kehidupan umat Islam. Adapun tujuan akidah Islam itu antara lain sebagai berikut:
1. Menumbuhkan dan membina dasar-dasar ketuhanan yang terdapat dalam jiwa manusia sejak lahir
Sejak dilahirkan setiap diri manusia terdapat kecenderungan untuk mengaku adanya Tuhan. Sebab jauh sebelum dilahirkan roh manusia telah menerima kesaksian akidah bahwa dirinya mengaku adanya Tuhan yang wajib disembah. Allah SWT. berfirman:
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",. Atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua Kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang Kami ini adalah anak-anak keturunan yang (datang) sesudah mereka. Maka Apakah Engkau akan membinasakan Kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu[582]?
2. Meluruskan akidah-akidah yang telah diselewengkan
Akidah Islam yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw.bukan akidah baru atau merombak akidah yang telah diajarkan oleh para nabi dan rasul Allah terdahulu, melainkan hanya meluruskan ajaran (akidah) yang telah diselewengkan oleh imat para nabi dan rasul sebelumnya.
3. Menghindarkan manusia dari kemusyrikan
Untuk menghindarkan manusia dari kemusyrikan perlu adanya tuntunan yang jelas tentang kepercayaan dan keyakinan yang benar terhadap Tuhan Yang Maha Esa, oleh sebab itu dengan mempelajari akidah Islam diharapkan akidah manusia akan terpelihara dengan baik dan terhindar dari kemusyrikan. Sebab perbuatan syirik termasuk perbuatan dos besar yang tak terampuni. Firman Allah SWT:
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (QS. Al-Maidah : 48)
4. Membimbing akal pikiran agar tidak tersesat
Akidah Islam bertujuan untuk membimbing akal pikiran manusia agar tidak tersesat, dan tidak mudah terpedaya oleh bujuk rayu syetan, sebab syetan selamanya akan berusaha agar manusia tersesatdalam akidah dan tidak beriman kepada Allah SWT. Firman Allah SWT.:
Artinya: “Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, (QS. Al-Hijr : 39)
C. HUBUNGANG IMAN, ISLAM DAN IHSAN
1. Pengertian Iman
Kata iman berasal dari bahasa Arab, yaitu :amana yu'minu yang artinya percaya atau menerima. Adapun menurut istilah ilmu tauhid adalah :
Artinya: ”iman adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan emperbuat dengan anggota badan (beramal)”.
Berdasarkan definisi di atas , dapat dipahami bahwa iman itu merupakan perwujudan dari satu kesatuan antara hati yang menerima kebenaran ajaran islam, lidah yang menguatkan ketetapan hati dan perbuatan yang membuktikan atas keyakinan yang dimiliki.
Setiap mukmin harus meyakini kebenaran ajaran Islam, menyatakan keimanan itu dengan lisannya dan mengamalkan ajaran Islam yang diyakininya itu dengan benar dan konsekuen. Sebab allah telah menjamin kebenaran ajaran Islam tersebut. Firman Allah SWT:
Artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam… (QS. AliImran : 19)
2. Pengertian Islam
Kata Islam berasal dari bahasa Arab yaitu : aslama yang artinya patuh, pasrah, menyerah diri atau selamat. Sedangkan menrut istilah, Islam ialah agama yang mengajarkan agar manusia patuh dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah. Orang yang tunduk dan patuh berserah diri kepada Allah disebut muslim.
3. Pengertian Ihsan
Ihsan berasal dari bahasa Arab yaitu : ahsan - yuhsinu - ihsanan yang artinya kebaikan atau berbuat baik. Adapun menurut istilah ihsan ialah berbakti dan mengabdikan diri kepada Allah SWT. atas dasar kesadaran dan keikhlasan.
Ihsan terbagi kedalam empat macam yaitu:
a. Ihsan ‘alalahi (berbuat baik terhadap Allah) yaitu; menjalankan segala perintah-Nya dn menjauhi segala rangan-Nya.
b. Ihsan ‘ala nafsihi (berbuat baik bagi diri sendiri) yaitu; suatu perbuatan yang mendatangkan kebaikan bagi diri sendiri, dan meninggalkan perbuatan yang dapat mencelakakn diri sendiri.
c. Ihsan ‘ala ghairihi (berbuat baik terhadap orang lain), yaitu; berbuat baik kepada orang tua, keluarga, saudara dan semuat umat manusia.
d. Ihsan ‘ala jami’il khalqi (berbuat baik kepada semua mahluk Allah), yakni perbuatan yang dapat mendatangkan kebaikan dan kemaslahatan bagi alam lingkungan, baik flora maupun fauna.
4. Hubungan Iman, Islam dan Ihsan
Dari penegertian Iman, Islam dan Ihsan di atas, dapat dipahami bahwa ketiganya merupakan pilar agama Islam yang memiliki hubungan kuat satu sama lain, kekuatan hubungan ketiganya bagaikan segi tiga sama sisi. Ketiga sisinya saling menguatkan satu sama lain, sehingga orang yang takwa ibaratnya berada di dalam lingkaran tiga sisi tersebut, yaitu sisi pertama iman, sisi kedua Islam dan sisi ketiga Ihsan.
5. Dalil tentang Iman, Islam dan Ihsan
a. Dalil tentang Iman
Sabda Rasulullah SAW.:
Artinya: “Wahai Muhammad! Beritahukanlah kepadaku, apa itu Islam? Nabi menjawab;Islam adalah hendaknya kamu bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa sanya aku adalah utusan Allah, hendaknya kamu melaksanakan shalat, menunaikan zakat meaksanakan puasa pada bulan Ramadan, dan melaksanakan ibadah haji bagi orang yang mampu melaksanakannya”. (HR. Bukhari)
b. Dalil tentang Iman
Artinya : “dan apa iman itu? Nabi menjawab, ‘Iman ialah hendaknya kamu percaya kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari akhir dan ketentuan Allah, baik maupun buruknya semuanya dari allah SWT.” (HR. Bukhari)
c. Dalil tentang Ihsan
Rasulullah SAW. bersabda:
Artinya: “Ihsan hendaknya kamu beribadah kepada Allah seolah-olah kamu melihat-Nya, dan jika kamu tidak dapat melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihat kamu.” (HR. Bukhari)
Soal-soal latihan
I. Pilihan Ganda
Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling benar!
1. Menurut bahasa akidah artinya .,..
a. ikatan c. transaksi
b. kebenaran d. keraguan
2. Dasar akidan Islam ialah …
a. ilmu fiqih c. ilmu tauhid
b. Al-Qur’an dan Hadis d. Al-Hadis
3. Salah satu tujuan Isam adalah ….
a. membersihka jiwa c. menghindarkan manusia dari kemusyrikan
b. membina potensi akidah sejak lahir d. member pedoman hidup
4. Agama yang diakui disisi Allah adalah agama Islam, penjelasan ini terdapat dalam Al-Qur’an surat …..
a. Ali Imaran : 12 c. Ali Imran : 19
b. Al-Baqarah : 12 d. Al-Baqarah : 22
5. Islam menurut bahasa artinya …..
a. percaya c. keyakinan
b. patuh dan berserah diri d. pintar
6. Iman menurut bahasa ialah …
a. patuh dan taat c. percaya
b. berserah diri d. yakin
7. salah satu tahapan iman ialah ….
a. ‘Ilmul yakin c. Lisanul yakin
b. Qalbul yakin d. Ma’rifatul yain
8. Iman yang paling rendah tahapannya, disebut …
a. ‘Ainul yakin c. Ilmul yakin
b. Haqul yain d. Qalbul yakin
9. Rukun Iman ada …..
a. lima c. enam
b. tujuh d. Sembila
10. Ihsan terbagi empat macam, salah satunya antara lain ….
a. Ihsanul khulqi c. Ihsan ‘Alallah
b. Ihsan bel hal d. Ihsan bil qaul
II. Soal uraian
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan singkat dan benar !
1. Apa yang dimaksud dengan dasar akidah Islam?
2. Jelaskan pengertian akidah Islam menurut bahasa dan istilah!
3. Sebutkan beberapa dalil tentang dasar akidah Islam!
4. Apa yang dimaksud dengan Islam, Iman dan Ihsan?
5. Jelaskn hubungan antara Iman, Islam dan Ihsan!
Setelah mempelajari bab ini, diharapkan sisiwa mampu :
• Mengidentifikasi sifat-sifat wajib Allah yang nafsiyah, salbiyah,ma’ani dan ma’nawiyah
• Menunjukkan bukti / dalil naqli dan aqli dari sifat-sifat wajib allah yang nafsih, salbiyah, ma’ani dan ma’nawiyah.
• Menguraikan sifat-sifat mustahil dan jaiz bagi allah SWT.
• Menunjukkan cirri-ciri/tanda perilaku orang beriman kepada sifat-sifat wajib, mustahil, dan jaiz allah SWT. dalam kehidupan sehari-hari.
A. SIFAT-SIFAT WAJIB ALLAH YANG NAFSIYAH, SALBIYAH, MA’ANI DAN MA’NAWIYAH
1. Klasifikasi sifat-sifat wajib dan mustahil bagi Allah
a. Sifat-sifat wajib bagi Allah
Para ulama Tauhid membagi sifat-sifat wajib bagi Allah menjadi empat bagian yaitu sebagai berikut :
1. Sifat Nafsiyah, yaitu sifat yang berhubungan dengan sifat Allah. Sifat ini hanya satu yAitu wujud.
2. Sifat Salbiyah, yaitu sifat yang dapat meniadakan sifat-sifat yang berlawanan dengan sifat yang wajib bagi Allah SWT. Sifat ini yaitu :
• Qidam
• Baqa
• Mukhalafatu lilhawadisi
• Qiyamuhu binafsihi
• Wahdaniyat
3. Sifat ma'ani, yaitu sifat-sifat Allah yang berhubungan dengan perbuatan-perbuatan-Nya. Sifat-sifat ini yaitu :
a. Qudrat e. Sama
b. Iradat f. basar
c. Ilmu g. kalam
d. Hayat
4. Sifat ma'nawiyah, yaitu sifat-sifat yang berihubungan dengan sifat ma'ani, atau merupakan kelanjutan dari sifat ma'ani. Sifat ini yaitu :
a. Qadiran e. Basiran
b. Muridan f. Sami'an
c. 'aliman g. Mutakaliman
d. Hayan
b. Sifat mustahil bagi Allah
Sifat mustahil bagi Allah meliputi :
1. 'adam 11. Samamun
2. Hudus 12. 'umyun
3. Fana 13. Bukmun
4. Mumasilah lilhawadisi 14. 'ajizan
5. Ihtiyajuhu ligairihi 15. Mukrahan
6. Ta'adud 16. Jahilan
7. Azjun 17. Mayitan
8. Karahatun 18. Asammu
9. Jahlun 19. A'ma
10. Mautun 20. Abkamu
B. SIFAT-SIFAT WAJIB ALLAH SWT.
1. Makna sifat wajib Allah yang nafsiyah dan salbiyah
a. Makna sifat nafsiyah.
Sifat nafsiyah ialah sifat yang wajib dimiliki oleh Allah swt. Sifat ini berhubungan langsung dengan zat Allah, dan jika sifat nafsiyah ini tidak ada pada zat Allah maka akan hilanglah martabat dan kedudukan Allah sebagai Tuhan. Oleh karena itu sifat Nafsiyah wajib melekat dan menyatu dengan zat-Nya.
Sifat nafsiyah yang wajib bagi Allah hanya ada satu, yaitu ; wujud yang artinya ada. Makna yang terkandung dalam sifat wujud itu ialah hakikat keberadaan Allah SWT. tidak tergantung kepada keberadaan yang lain. Artinya, Allah SWT. ada dengan sendirinya, dan tidak ada yang menciptakan-Nya. Oleh karena itu keberadaan Allah merupakan suatu kewajiban bagi-Nya, sebagai bukti bahwa Dia adalah sang pencipta jagat raya dan segala isinya.
b. Makna sifat salbiyah
Sifat salbiyah ialah sifat yang dapat meniadakan sifat-sifat yang berlawanan dengan sifat yang wajib bagi Allah SWT. Artinya, dengan sifat-sifat salbiyah ini, Allah SWT. menunjukkan identitas ketuhanan-Nya, dan dapat dibedakan dari sifat-sifat yang dimilkiki oleh makhluk-Nya.
Misalnya sifat Qidam yang berarti terdahulu dapat diartikan bahwa sebelum adanya segala sesuatu, yang ada hanya Allah SWT. Dia-lah yang paling dahulu ada sebelum yang lain ada sebagai makhluk-Nya. tidak ada sesuatu apapun yang lebih dulu ada daripada adanya Allah semata.
Demikian halnya dengan difat Baqa, yang berarti Maha Kekal, mengandung makna bahwa hanya Allah-lah yang tidak akan rusak atau binasa, sedangkan makhluk-Nya tidak ada yang abadi dan kekal sebagaimana keabadian zat-Nya.
Begitu pula sifat salbiyah yang lain, juga wajib dimiliki oleh Allah SWT, seperti sifat mukkhalafatu lilhawadisi, qiyamuhu binafsihi dan wahdaniyat. Ketiga sifat ini mengandung makna bahwa sangat berbeda dengan makhluk-Nya. perbedaan itu mutlak harus dimiliki oleh Allah SWT.agar dapat memlihara identitas ketuhanan-Nya. Sebab jika tidak berbeda dengan makhluk-Nya, berarti Allah memiliki kekurangan dan kelemahan, dan itu mustahil bagi-Nya.
2. Dalil-dalil aqli dan naqli tentang sifat-sifat wajib bagi Allah yang nafsiyah dan salbiyah.
a. Dalil sifat nafsiyah
Wujud artinya ada. Maksudnya, Allah SWT.itu ada, sedangkan keberadaannya tidak karena ada yang menciptakan. Adanya manusia dan alam semesta beserta segala isinya merupakan bukti nyata bahwa Allah SWT.itu ada, dan Dia-lah sebagai penciptanya. Allah SWT. berfirma:
Arinya : "Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy. Tidak ada bagi kamu selain daripada-Nya seorang pun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at. Maka apakah kamu tidak memperhatikan". (Q.S. As-Sajdah: 4).
b. Dalil sifat-sifat salbiyah
1. Qidam
Qidam artinya terdahulu, sebagai pencipta tentu saja harus ada lebih dahulu daripada makhluk ciptaan-Nya. akal sehat kita mengatakan bahwa tidak mungkin senuah meja lebih dulu ada dari pada pembuatnya, yaitu manusia. Sebab meja adalah ciptaan atau hasil karya manusia. Begitu pula dengan Allah SWT. sebagai pencipta alam semesta dengan segala isinya, pasti lebih dahulu ada, sebelum mukhluk ciptaan-Nya. hal itulah yang mustahil terjadi pada zat Allah SWT. perhatikan firman Allah SWT :
Artinya : "Dialah yang awal dan yang akhir, yang zahir dan yang batin, dan dia mengetahui segala sesuatu". (QS. Al-Hadid : 3)
2. Baqa
Baqa artinya kekal. Allah SWT. Maha Kekal dan Maha Abadi. Berbeda dengan makhluk-Nya, yang hidupnya berjalan menuju kematian dan kebinasaan. Perkembangan manusia dan makhluk hidup lainnya, bermula dari kelahiran kemudian menjadi seorang anak, berkembang menjadi dewasa, dan akhirnya menjadi tua, lalu mati. Semua proses dan kejadian itu merupakan hokum alam atau sunatullah, yang menunjukkan bahwa tidak ada yang abadi selain Allah, dan hanya Dialah yang Maha Kekal. Perhatikan Firman Allah SWT :
Artinya: "Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Bagi-Nyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan" (QS. Al-Qasas : 88)
3. Mukhalafatu Lilhawadisi
Mukhalafatu Lilhawadisi artinya berbeda dengan makhluk-Nya. Maksudnya, sebagai pencipta alam semesta dan segala isinya, Allah SWT. pasti berbeda dengan mkhluk ciptaan-Nya tersebut, baik sifat maupun zat-Nya.
Akal sehat manusia akan mengatakan bahwa Allah sebagai pencipta tidak akan sama dengan hasil ciptaan-Nya, baik manusia maupun alam semesta ini. Pasti Dia berbeda dengan suma makhluk-Nya, baik sifat maupun zat-Nya.
Firman Allah SWT :
Artinya : "(Dia) pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. Tidak ada sesuatu apa pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang Maha Mendengan lagi Maha Melihat". (Q.S. As-Syura : 11)
4. Qiyamuhu Binafsihi
Qiyamuhu Binafsihi artinya berdiri sendiri. Maksudnya, Allah SWT. tidak memiliki sifat ketergantungan dengan suatu apa pun. Dia tidak membutuhkan suatu apa pun dari pihak lain karena Allah Maha Berdiri Sndiri. Berbeda dengan makhluk-Nya yang hidup di alam semesta ini, setiap makhluk memiliki ketergantungan kepada orang atau pihak lain dalam melangsungkan hidupnya.
Sebaliknya Allah SWT. tidak membutuhkan suatu apa pun dari pihak lain, termasuk juga dari manusia. Dia Maha Kaya dan Maha Berdiri Sendiri.
Perhatikan Firman Allah SWT :
Artinya : "Allah tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaa-Nya apa yang di langit dan di bumi" (Q.S. Al-Bqarah : 255).
5. Wahdaniyat
Wahdaniyat artinya esa atau tunggal. Maksudnya, Allah SWT. itu Maha Esa, baik zat, sifat maupun perbuatan-Nya. Tidak mungkin ada dua Tuhan Selain Allah. Sebab jika ada dua Tuhan atau lebih maka dapat dibayangkan betapa dahsyat malapetaka yang akan menimpa manusia dan alam semesta ini, ketika terjadi silang sengketa di antara sesama Tuhan.
Sebagai bukti keesaan Allah, baik dalam sifat, zat maupun perbuatan-Nya yaitu terjadinya keselarasan dan keseimbangan di jagat raya ini, bintang, bumi dan sebagainya masih berjalan sesuai orbitnya masing-masing. Semua itu menunjukkan bahwa Allah SWT. Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya.
Firman Allah SWT :
Artinyta : "Katakanlah, Dialah Allah yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan dia". (Q.S. Al-Ikhlas : 1-4)
3. Bukti Sifat Wajib Bagi Allah yang Nafsiyah dan Salbiyah
a. Bukti sifat-sifat wajib Bagi Allah yang nafsiyah
Sifat Nafsiyah adalah Wujud, artinya ada. Sifat ini dapat dibuktikan dengan akal sehat manusia, sepanjang manusia mau beriman kepada Allah SWT. dan mau menggunakan akal budinya untuk berpikir dan merenungi wujud alam semesta sebagai ciptaan Allah.
Oleh karena itu, modal dasar manusia untuk dapat membuktikan bahwa Allah itu ada yaitu akal sehat dan keimanan yang kuat. Dengan akal budi manusia dapat memperhatikan bagaimana matahari dan bulan datang silih berganti, yang membuat siang dan malam saling bergantian. Firman Allah SWT :
Artinya : "Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat
mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya’. (Q.S. Yasin 40).
b. Bukti Sifat Salbiyah
1. Sifat Qidam
Qidam artinya terdahulu. Untuk membuktikan sifat ini, hendaknya manusia menggunakan akal budinya. Sebab hanya dengan akal budi dan keimananlah, manusia akan meyakini kebenaran sifat Allah tersebut. Akal sehat manusia akan mengatakan bahwa setiap sesuatu pasti ada penciptanya, dan penciptanya itu pasti lebih dulu ada dari pada sesuatu yang diciptakannya itu.
2. Sifat Baqa
Untuk memmmbuktikan sifat baqa (Maha Kekal)-nya Allah SWT. hendaknya diperhatikan segala kejadian yang dapat disaksikan dalam kehidupan sehari-hari. Akal sehat manusia akan mengatakan bahwa segala yang ada dijagat raya tidak ada yang kekal dan abadi sebab yang kekal hanyalah Allah SWT. Dia tidak akan using oleh waktu dan tidak akan lapuk oleh masa, keberadaan-Nya tidak bermula dan tidak juga berakhir.
Salah satu Bukti kekekalan (sifat Baqa) Allah SWT. adalah tetap teraturnya peredaran bulan dan matahari, pergantian siang dan malam, datangnya musim hujan dan kemarau secara teratur dan sebagainya.
3. Sifat Mukhalafatu Lilhawadisi
Allah berbeda dengan semua yang baru. Allah Mendengar, Allah Melihat dan Allah Mengetahui semua yang tampak dan tersembunyi. Namun pendengaran-Nya, penglihatan-Nya dan pengetahuan-Nya Maha Kekal, tidak akan pernah rusak atau binasa . berbeda dengan pendengaran manusia yang dapat rusak karena tuli, penglihatannya dapat sirna karena buta, pengetahuannya dapat hilang karena lupa.
4. Sifat Qiyamuhu Binafsihi
Qiyamuhu Binafsihi artinya dapat berdiri sendiri dan tidak membutuhkan bantuan orang atau pihak lain. Untuk dapat membuktikan bahwa Allah itu Maha berdiri sendiri adalah terciptanya langit dan bumi serta seluruh jagat raya ini tanpa bantuan orang atau pihak lain. Allah tidak memerlukan suatu apapun dari pihak manapun, termasuk dalam menciptakan alam semesta ini.
Dengan kekuasaan-Nya , Allah menciptakan langit menggantung tanpa tiang, bumi menghampar tak berbatas, angin bertiup tiada berhenti, lautan tak pernah mongering. Semua itu diciptakan-Nya tanpa bantuan siapa pun dari pihak mana pun. Hal itu semua agar manusia merenungi dan memikirkan kebesaran dan keagungan Allah SWT. Sebagaimana Firman Allah berikut ini :
Artinya : "Maka apakan mereka tidak memperhatikan unta bagaimana diciptakan ? Dan langit bagaimana ditinggikan ? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditrgakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan. Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberikan peringatan. Kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka." (Q.S. Al-Ghasyiyah: 17-22)
5. Sifat wahdaniyat.
Sifat wahdaniyat artinya Esa atau Tunggal, Allah SWT itu Maha Esa, baik zat, sifat, maupun perbuatan-Nya. oleh karena itu, tidak ada ciptaan-Nya yang ridak teratur dan tak seimbang. Jika Allah tidak esa atau bersekutu maka akan terjadi bentrokan keinginan di antara mereka, yang dapat merugikan kehidupan alam semesta. Sebab semua komponen alam akan berjalan tanpa aturan, tidak seimbang dan tidak sesuai orbitnya masing-masing.
Perhatikan Firman Allah SWT :
Artinya : "Sekiranya ada di langit dan di bumi Tuhan, tuhan selain Allah, tentunlah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang telah mempunyai arasy daripada apa yang mereka sifatkan." (Q.S. Al-Anbiya: 22).
4. Ciri-Ciri Orang Yang Beriman Terhadap Sifat Wajib Allah Yang Nafsiyah Dan Salbiyah
Ciri-ciri orang yang beriman kepada sifat-sifat Allah yang dapat dikenali dalam kehidupan sehari-hari antara lain :
a. Mampu menjaga diri dari perbuatan maksiat dan mungkar.
b. Selalu berupaya untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT.
c. Memiliki sikap kreatif dan inovatif dalam kehidupan sehari-hari.
d. Memiliki sikap kemandirian yang kuat.
5. Sikap Dan Perilaku Orang Yang Beriman Terhadap Sifat Wajib Allah Yang Nafsiah Dan Salbiyah
Sikap perilaku yang tampak dari orang-orang yang beriman terhadap sifat yang wajib bagi Allah yang nafsiyah dan salbiyah antara lain sebagai berikut:
a. Sikap jujur
b. Bersikap amanah dan bertanggung jawab
c. Bersikap rajin belajar dan ulet bekerja.
6. Terbiasa bersikap dan berperilaku sebagai orang yang beriman kepada sifat-sifat wajib yang nafsiyah dan salbiyah.
Untuk membiasakan diri berperilaku sebagai orang yang beriman, hendaknya diperhatikan beberapa hal berikut ini :
a. Yakinkan dalam hati bahwa beriman kepada Allah SWT. dengan segala sifat-sifat-Nya adalah wajib bagi setiap muslim.
b. Fahami dan hayati makna yang terkandung di dalam setiap sifat-sifat Allah SWT. sehingga kita dapat menemukan hakikat dan tujuan utama beriman kepada-Nya.
c. Mulaialah sejak saat ini untuk membiasakan diri bersikap dan berperilaku sebagai muslim yang beriman, yakni bersikap mulia dan berperilaku terpuji.
d. Mulailah secara bertahap dengan memilih sikap dan berperliaku yang termudah untuk diamalkan.
e. Berdoalah kepada Allah SWT. agar senantiasa diberi kekuatan, petunjuk dan bimbingan agar dapat menjalankan segala ajaran-Nya, baik di waktu senang maupun di waktu susah.
11. SIFAT-SIFAT MUSTAHIL ALLAH SWT.
1. Pengertian sifat-sifat mustahil Allah SWT.
a. Sifat Adam
Adam artinya tidak ada, maksudnya mustahil Allah tidak ada. Sebab bukti keberadaan Allah itu sudah nyata, yakni adanya alam semesta ini pasti ada yang menciptakannya.
b. Sifat hudus
Maksudnya mustahil Allah memiliki sifat hudus (baru), sebab yang bersifat baru itu hanyalah makhluk, dan yang baru itu pasti rusak. Jika Allah SWT. baru, artinya dia akan rudak dan binasa, dan hal itu mustahil bagi-Nya.
c. Sifat fana
Maksudnya mustahil Allah rusak karena Allah tidak memiliki sifat baru maka tidak mungkin Allah SWT. itu rusak dan binasa, sebagaimana rusak dan binasanya makhluk ciptaan-Nya oleh perjalanan waktu.
d. Mumasalah lilhawadisi
Maksudnya Allah SWT itu mustahil sama dengan makhluk-Nya. sebab Dia adalah khalik dan manusia beserta alam semesta ini adalah makhluk yang diciptakan-Nya. jadi tidak mungkin pencipta dan yang diciptakannya itu memiliki kesamaan, baik zat, sifat maupun perbuatannya.
e. Ihtiyajuhu ligairihi
Maksudnya, tidak mungkin Allah SWT. itu memiliki sifat ketergantungan kepada yang lain. Sebab Dia Maha Kaya dan Maha Kuasa, sehingga tidak membutuhkan bantuan dan pertolongan dari yang lain. Berbeda dengan manusia dan makhluk lainnya, yang tidak akan dapat melangsungkan kehidupannya tanpa bantuan yang lain.
f. Ta'adud
Maksudnya, mustahil Allah SWT. berbilang dan tidak tunggal atau lebih dari satu. Sebab jika Allah lebih dari satu maka akan terjadi silang sengketa diantara sesame Tuhan untuk mempertahankan kehendaknya masing-masing.
2. Dalil-dalil aqli dan naqli tentang sifat-sifat mustahil Allah
a. 'Adam
'Adam artinya tidak ada, maksudnya mustahil Allah tidak ada sebab akal manusia akan mengatakan bahwa alam semesta ini tidak mungkin ada dengan sendirinya, tanpa ada yang menciptakannya. Oleh sebab itu pencipta alam semesta ini beserta segala isinya pasti zat Allah SWT. perhatikan firman Allah SWT :
Artinya : "Dan Dialah yang menciptakan serta mengembangbiakan kamu di bumi ini, dan kepada-Nya lah kamu akan dihimpun. Dan Dialah yang menghidupkan dan mematikan, dan Dia lah yang (mengatur) pertukaran malam dan siang. Maka apakah kamu tidak memahaminya". (Q.S. Al-Mukminun : 79-80).
b. Hudus
Mustahil Allah bersifat baru, sebab yang baru itu pasti ada yang menciptakannya. Jika Allah itu baru maka siapakah yang menciptakan Allah. Mustahil Allah bersifat baru sebab yang baru pasti ada permulaannya dan ada pula akhirnya, sedangkan Allah SWT. tidak mungkin didahului adanya oleh suatu apa pun, dan begitu pula tidak mungkin ada yang lebih akhir dari pada-Nya. Firman Allah SWT :
•
Artinya : "Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zahir day Yang Batin. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu." (Q.S. Al- Hadid : 3).
c. Fana
Mustahil Allah binasa, akal manusia tidak dapat menerima jika Allah SWT. yang mengendalikan jalannya roda kehidupan alam semesta ini bias rusak atau mati. Sebab jika Allah bias rusak atau binasa maka siapakah yang dapat mengendalikan jalannya kehidupan jaga raya ini. Oleh sebab itu, mustahil Allah memiliki sifat fana, sebagaimana firman-Nya :
Artinya : "Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah SWT." (Q.S. Al-Qasas : 88)
d. Mumasalah lilhawadisi
Artinya memiliki kesamaan dengan makhluk-Nya. Mustahil Allah sebagai pencipta alamsemesta memiliki kesamaan dengan makhluk-Nya. sebab akal sehat manusia akan mengatakan bahwa buku, bolpoin, mobil, yang diciptakan manusia, tidak sama dengan pembuatnya. Apalagi Allah SWT. sebagai pencipta alam semesta ini, tentu tidak akan sama atau serupa dengan makhluk-Nya. Allah maha Sempurna, sedangkan makhluk serba kekurangan.
Firman Allah SWT :
Artinya : "Tiada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dialah yang MAha Mendengar lagi Maha Melihat." (Q.S. As-Syura : 11).
e. Ihtiyajuhu Ligairihi
Artinya Mustahil Allah membutuhkan sesuatu berupa bantuan dan pertolongan dari pihak lain. Sebab yang membutuhkan bantuan orang lain adalah orang yang lemah dan penuh kekurangan, sedangkan Allah telah menciptakan langit dan bumi berikut segala isinya tanpa bantuan yang lain. Dengan demikian mustahil Allah membutuhkan bantuan dari yang lain, sebab Dia Maha Kaya dan Maha Perkasa. Allah SWT. berfirman :
••
Artinya : "Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah ; dan Allah Dia-lah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji. Jika Dia menghendaki, niscaya dia memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dia yang demikian itu, sekali kali tidak sulit bagi Allah." (Q.S. Fatir : 15-17).
f. Ta'adud
Mustahil Allah SWT. sebagai Tuhan pencipta dan pengatur alam semesta ini lebih dari satu atau berbilang. Sebab jika Allah lebih dari satu maka suatu saat akan terjadi perdebatan hebat di antara mereka. Allah SWT. berfirman :
Artinya : " Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan; "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga". Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhal disemabah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakana itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih" (Q.S. Al-Maidah: 73).
3. Sifat jaiz Bagi Allah
a. Pengertian dan Identifikasi sifat jaiz bagi Allah
Menurut bahsa, jaiz artinya boleh. Adapun menurut istilah ilmu tauhid, sifat jaiz bagi Allah adalah sifat yang boleh ada dan boleh juga tidak ada bagi-Nya. Artinya, sifat tersebut tidak menuntut pasti ada atau wajib ada pada Allah, dan tidak pula menuntut harus tidak ada pada-Nya, melainkan merupakan suatu kebebasan bagi allah dengan kehendaknya sendiri, tanpa ada yang berhak untuk memaksanya, baik mengadakan maupun meniadakan sifat tersebut.
Adapun sifat jaiz bagi Allah hanya ada satu, yaitu :
فــعــل كـل مـمـكـن أو تـر كــه
Artinya : "Memperbuat sesuatu yang mungkin terjadi atau tidak melakukannya".
b. Dalil aqli dan naqli sifat jaiz bagi Allah
Allah SWT. memiliki kebebasan dalam berbuat dan berkehendak. Tidak ada kewajiban atau larangan bagi-Nya dalam melakukan atau tidak melakukan sesuatu jika Allah merasa berkewajiban untuk berbuat sesuatu, berarti memiliki kekurangan dan membutuhkan kesempurnaan. Jadi artinya Allah SWt. tidak sempurna karena membutuhkan makhluk-Nya. Hal tersebut mustahil bagi Allah, sebab Dia telah menjadi Tuhan dan tetap menjadi Tuhan tanpa ada kaitannya dengan makhluk yang diciptakan-Nya.
Oleh sebab itu, Allah SWT. bebas berkehendak dan berbuat sesuatu sesuai dengan keinginan-Nya. Perhatikan firman Allah SWT:
•
Artinya: “Katakanlah: "Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali Imran : 26)
4. Ciri-ciri orang yang beriman terhadap sifat-sifat mustahil Allah
Orang-orang yang beriman terhadap sifat-sifat mustahil Allah dengan baik dan benar, akan tercermin dari sikap perilakunya yang terpuji, di antaranya sebagai berikut :
a. Senantiasa taat kepada perintah-perintah Allah dan berupaya menghindari larangan-Nya.
b. Pandai bersyukur ketika mendapat nikmat dan karunia-Nya, dan senantiasa bersabar dalam menghadapi ujian dan musibah dari-Nya.
c. Berjiwa besar dan pemaaf.
d. Peduli terhadap sesame dan alam lingkungannya.
e. Sikap dan perilaku orang yang beriman terhadap sifat mustahil Allah SWT.
5. Sikap dan perilaku orang yang beriman terhadap sifat mustahil Allah SWT.
Sikap perilaku mulia yang dapat mendatangkan kebaikan dan kemaslahatan, baik bagi dirinya, orang lain maupun alam lingkungannya antara lain sebagai berikut :
a. Sikap adil dan bijaksana
b. Bersikap tabah dan teguh pendirian
c. Bersikap tawadu' dan tasamuh
d. Bersikap mawas diri dan teliti
6. Membiasakan diri bersikap dan berperilaku sebagai orang yang beriman terhadap sifat mustahil Allah SWT.
Sebagaimana telah disebutkan diatas tentang cirri-ciri sikap dan perilaku orang yang beriman, hendaknya setiap muslim mulai mengamalkan dan membiasakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun untuk dapat mengamalkan berbagai sikap perilaku terpuji tersebut, hendaknya diperhatikan beberapa hal berikut ini :
a. Yakinkan dalam hati bahwa Allah tidak mungkin memiliki sifat-sifat yang mustahil bagi-Nya. sebab sifat-sifat itu tidak pantas disandang oleh Allah sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala Makhluk-Nya.
b. Pahami dan hayati makna yang terkandung dalam setiap sifat yang mustahil bagi Allah tersebut, secara baik dan benar.
c. Mulailah membiasakan diri dengan besikap perilaku terpuji sesuai makna yang terkandung dalam sifat-sifat mustahil Allah tersebut.
d. Jika masih terasa berat merubah semua sikap dan perilaku secara keseluruhan agar sesuai dengan akhlak terpuji maka biasakanlah merubahnya sedikit-demi sedikit.
e. Tetaplah berpegang teguh pada pendirianmu, yakni membiasakan diri merubah sikap perilaku yang buruk menjadi sikap perilaku yang terpuji, sehingga tidak tergoyah oleh setiap godaan dan rintangan yang menghadang.
f. Hendaknya menjaga diri dari pergaulan yang sesat dan tidak sesuai dengan norma-norma agama dan social. Sebab pergaulan yang demikian itu, dapat membentuk sikap perilaku buruk dan bejat.
g. Berdoalah kepada Allah SWT. untuk mendapatkan bimbingan dan kekuatan dalam membiasakan diri bersikap perilaku sebagai orang yang beriman kepada-Nya.
SOAL-SOAL LATIHAN
I. Bentuk Soal Pilihan Ganda
Berilah tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling benar !
1. Sifat yang wajib bagi Allah SWT. berjumlah ………………….
a. 99 sifat c. 13 sifat
b. 20 sifat d. 13 atau 20 sifat
2. Sifat mustahil bagi Allah berjumlah ……………….
a. 13 sifat c. 20 sifat
b. 13 atau 20 sifat d. 99 sifat
3. Sifat wujud termasuk sifat …………
a. Ma'ani c. nafsiyah
b. Salbiyah d. ma'nawiyah
4. Di bawah ini yang tidak termasuk sifat wajib bagi Allah yang salbiyah adalah …………
a. Qidam c. mukhalafatu lilhawadisi
b. Baqa d. basar
5. Di bawah ini adalah sifat-sifat mustahil bagi Allah, kecuali ……
a. 'adam c. hudus
b. Fana d. wahdaniyat
6. Sifat 'adam termasuk sifat …………..
a. Sifat wajib nafsiyah
b. Sifat wajib salbiyah
c. Sifat wajib ma'ani
d. Sifat mustahil
7. Lawan atau kebalikan dari sifat qidam adalah ……..
a. Fana c. ta'adud
b. Hudus d. wujud
8. Berikut ini adalah sifat wajib bagi Allah, kecuali ………….
a. Muridan c. 'aliman
b. Jahilan d. hayyan
9. Sifat jaiz bagi Allah, jumlahnya ada ……..
a. Satu c. lima
b. tiga d. tujuh.
10. Sifat yang boleh ada dan boleh pula tidak ada pada Allah disebut
a. Sifat wajib bagi Allah
b. Sifat jaiz bagi Allah
c. Sifat mubah bagi Allah
d. Sifat makruh bagi Allah.
II. Bentuk Soal Uraian
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Jelaskan pengertian sifat wajib, sifat mustahil dan sifat jaiz bagi Allah SWT.!
2. Sebutkan sifat wajib dan sifat mustahil bagi Allah !
3. Tuliskan klasifikasi sifat-sifat Allah SWT. !
4. Sebutkan sikap perilaku orang-orang yang beriman terhadap sifat-sifat wajib bagi Allah yang nafsiyah dan salbiyah !
5. Sebutkan sikap perilaku orang-orang yang beriman terhadap sifat-sifat mustahil bagi Allah !
6. Sebutkan cirri-ciri orang yang beriman kepada sifat-sifat wajib yang nafsiyah dan salbiyah !
7. Sebutkan cirri-ciri orang yang beriman kepada sifat-sifat mustahil bagi Allah !
A. IKHLAS
1. Pngertian dan ciri-ciri sifat ikhlas.
Secara harfiyah, ikhlas artinya tulus dan bersih. Adapun menurut istilah, ikhlas ialah mengerjakan sesuatu kebaikan dengan semata-mata mengharap rida Allah SWT. Bagi orang yang ikhlas, suatu perbuatan baik tidak harus dikaitkan dengan imbalan atau balasan, melainkan semata-mata ingin mendapatkan rida Allah SWT. Jadi meskipun tidak mendapat imbalan apa pun dan dari pihak mana pun, akan tetap melakukan perbuatan baiknya tersebut.
Ciri-ciri sifat ikhlas dalam jiwa seseorang dapat tampak dari sikap perilakunya sehari-hari. Gejala-gejala seseorang dapat dilihat secara kasat mata, diantaranya pada hal-hal berikut ini :
a. Tidak mengharapkan imbalan apa pun dari manusia, selain rido Allah SWT. semata.
b. Tidak merasa terpaksa atau terbebanni dalam emlakukan suatu pekerjaan
c. Tidak atas dasar perintah atau tugas dan kewajiban dari pihak lain.
d. Mengerjakannya dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh.
e. Tidak karena ingin dipuji atau disanjung oleh pihak lain.
f. Melakukannya dengan penuh pengabdian.
2. Dalil aqli dan naqli tentang ikhlas
Ikhlas adalah sikap perbuatan terpuji yang harus dimiliki oleh setiap muslim. Orang yang memiliki sikap perilaku ikhlas, tidak akan pernah merasa berat dalam menjalankan setiap tugas dan pekerjaan. Sebab sikap jiwa ikhlas dapat meringankan beban dan perasaan berat dalam mengerjakan suatu perbuatan. Suatu perbuatan yang dilakukan tanpa keikhlasan, tidak akan mendatangkan kebaikan, baik bagi pelakunya maupun bagi pihak lain yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut.
Oleh sebab itu, Allah SWT. menyeru kita untuk selalu ikhlas dalam beramal, khususnya dalam beribadat kepada Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya:
...
Artinya; "Sesunguhnya Kami menurunkan kepadamu kitab (Al Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya." (Q.S. Az-Zumar: 2-3)
3. Klasifikasi nilai-nilai ikhlas.
Ikhlas dan tulus atas apa yang dilakukan dan diucapkan merupakan sikap terpuji, dan mengandung nilai-nilai yang sangat luhur dan mulia. Nilai-nilai luhur berakhlak ikhlas dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Tidak berharap imbalan apa pun kecuali rido Allah semata.
b. Mengerjakan sesuatu atas kesadaran sendiri, tidak karena adanya paksaan atau tekanan dari pihak lain
c. Mengerjakan sesuatu dengan sepenuh hati, tanpa ada rasa sungkan dan malas apalagi merendahkan ata spekerjaannya tersebut
d. Tidak girang ketika dipuji, dan tidak benci ketika dicela dan dicaci
e. Bersedia menerima masukan, saran dan kritik dari orang atau pihak lain dengan senang hati.
4. Sikap dan perilaku ikhlas.
Ikhlas artinya bersih dan tulus dalam melakukan sesuatu, tanpa adanya harapan untuk mendapatkan imbalan dan balasan dari apa yang dikerjakannya itu, selain mengharapkan ridla Allah SWT. semata. Ikhlas atau tidaknya seseorang dalam melakukan suatu perbuatan sangat tergantung pada niatnya, sedangkan niat itu tempatnya didalam hati, sehingga keikhlasan seseorang sukar untuk diketahui. Namun demikian, dapat dilihat dari sikap perilakunya yang tampak.
Orang yang ikhlas dalam beramal dan berbuat sesuatu, tidak akan merasa terbebani atau terpaksa atas perbuatannya tersebut, melainkan ia merasa senang dan gembira telah dapat beramal atau berbuat demikian.
Firman Allah SWT. dalam Q.S. Al-Insan : ayat 8-9 yaitu :
• •
Artinya: "Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridhaan Allah, Kami tidak menghendaki Balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih." (Q.S. Al-Insan: 8-9)
5. Terbiasa berakhlak terpuji ikhlas
Bersikap perilaku ikhlas merupakan suatu perbuatan terpuji yang harus dipegang teguh oleh setiap muslim. Oleh sebab itu, hendaknya kita mulai membiasakan diri berakhlak ikhlas dalam setiap ucapan dan perbuatan.
Dalam upaya membiasakan diri berakhlak ikhlas, ada baiknya diperhatikan bebrapa hal berikut ini :
a. Tanamkan kesadaran dalam hati bahwa apa yang kita miliki hanya titipan Allah.
b. Luruskan niat pada setiap melakukan suatu amal perbuatan, semata-mata hanya ingin mendapatkan rida Allah SWT.
c. Dalam beramal jangan pilih kasih, melainkan semua orang harus dipandang sama.
d. Lupakan setiap amal kebaikan yang telah dilakukan, agar tidak memiliki rasa angkuh dan sombong.
e. Berdoalah kepada Allah SWT. agar diberi kekuatan dalam berakhlak ikhlas.
B. TAAT
1. Pengertian Taat dan Pentingnya Taat
Menurut bahasa, taat artinya mau menerima, mengikuti atau melaksanakan. Adapun menurut istilah, taat adalah menerima dan melaksanakan semua yang diperintahkan Allah SWT. dan meninggalkan semua yang dilarang-Nya.
Pentingnya sikap perilaku taat kepada Allah SWT., antara lain disebabkan agar:
a. Terhindar dari murka Allah SWT. yang mengakibatkan turunnya azab dan malapetaka
b. Tidak lupa akan nikmat Allah SWT. yang harus disyukuri, sehingga nikmat tersebut semakin bertambah.
c. Tercapai hidup bahagia di dunia dan di akhirat.
2. Bentuk perilaku taat kepada Allah
Taat terbagi ke dalam dua bentuk, yaitu :
a. Taat kepada Allah, yaitu patuh melaksanakan segala perintah Allah dan menghindari larangan-Nya.
b. Taat kepada sesama manusia, yaitu melaksanakan perintah atau kehendak manusia yang tidak bertentangan dengan hukum allah dan Rasul-Nya.
3. Nilai-nilai positif dari perilaku taat
Di antara nialai-nilai luhur taat ialah sebagai berikut :
a. Membimbing pelakunya senantiasa memegang teguh keimanan kepada Allah dan Rasul-Nya.
b. Menjaga segala ucapan dan perbutan pelakunya agar sesuai denga apa yang diperintahkan Allah SWT. dan Rasul-Nya.
c. Menumbuhkan sikap mawas diri dan berhati-hati, sehingga segala ucapan dan perbutannya terpelihara dari perilaku keji dan mungkar
4. Terbiasa berperilaku taat kepada Allah
Untuk dapat membisakan diri bersikap perilaku taat kepada Allah SWT. hendaknya kamu perhatikan beberapa hal berikut :
a. Biasakan bergaul dengan orang-orang yang memiliki sifat taat kepada Allah SWT.
b. Biasakan menghindari sikap perilaku maksiat, keji dan mungkar.
c. Laksanakan segala perintah Allah dan jauhi segala larangan-Nya.
d. Mulailah membiasakan diri bersikap taat kepada Allah dari sekarang.
C. KHAUF
1. Pengertian dan cirri-ciri khauf
Menurut bahasa, khauf artinya takut. Sedangkan menurut istilah, khauf ialah takut kepada Allah SWT. dengan senantiasa mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya. jika kita takut kepada binatang buas atau musuh yang ganas, kita harus menjauhi dan menghindarinya. Sedangkan takut kepad Allah sebaliknya, yaitu kita harus lebih mendekatkan diri kepada-Nya. semakin besar rasa takut kepada Allah dalam hati seseorang, hendaknya semakin rajin mendekatkan diri kepada-Nya.
Ciri-ciri sifat khauf yang dimiliki oleh sesorang yang takut kepada Allah SWT. tentunya dapat dilihat dari sikap perilaku orang tersebut yang selalu berusaha taat dan patuh kepada perintah Allah SWT. Orang yang memiliki sifat khauf dapat dilihat dari cirri-cirinya sebagai berikut :
a. Mampu menjaga tutur kata dan perbuatannya dari perilaku maksiat yang dilarang oleh Allah
b. Semakin hari bertambah rajin ibadahnya dan amal kebaikannya
c. Tampak berani menghadapi setiap rintangan, sepanjang untuk membela kebenaran. Sebab di dalam hatinya tidak ada rasa takut selain hanya kepa Allah.
d. Jika disebutkan nama Allah kepadanya hatinya bergetar dan jiwanya tunduk khusuk dan mengagumi keagungan Allah
e. Senantiasa menjauhi dan menghindari perbuatan yang dilarang oleh Allah SWT.
2. Dalil aqli dan naqli tentang berakhlak khauf
Rasa takut kepada Allah SWT. sangat bergantung kepada iman yang dimiliki seseorang. Semakin kuat keimanannya, akan semakin besar pula rasa takutnya kepada Allah SWT.
Orang yang takut kepada Allah akan mendapatkan pertolongan-Nya, dan akan selamat dari azab-Nya. perhatikan Firman Allah SWT.:
Artinya: "Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, Maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan". ( Q.S. An-Nur: 52).
Perhatikan pula sabda Rasulallah saw :
ثـلا ث مـنـجـيـا ت : خـشـيـة ا لـلــه فى ا لـســر وا لعـلا نـيــة و ا لعـد ل فى الـر ضـــا و ا لـغـضــب و الــقـصـد فى الــفـقـر و الـغـنى
( روا ه أ بـو شـــيـخ )
Artinya : "ada tiga perkara yang dapat menyelamatkan manusia, yaitu : takut kepada Allah baik di tempat tersembunyi maupun di tempat yang terbuka, berlaku adil, baik di waktu gembira maupun di saat marah, dan hidup sederhana, baik di waktu miskin maupun pada waktu kaya." (H.R. Abu Syaikh).
3. Klasifikasi nilai-nilai khauf
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam berakhlak khauf kepada Allah, dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Selalu berupaya mendekatkan diri kepada Allah SWT.
b. Meyakini dengan benar akan kemahakuasaan Allah atas segala makhluk-Nya.
c. Senantiasa berusaha menghindari dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah SWT.
d. Menghargai dan menghormati hak-hak orang atau pihak lain, sesuai dengan ketentuan Allah SWT.
e. Memiliki keberanian dalam menegakan kebenaran dan keadilan. Sebab tidak ada yang ditakuti kecuali Allah SWT.
4. Sikap dan perilaku khauf
Sikap perilaku khauf kepada Allah dapat membimbing manusia senantiasa taat dan patuh atas segala perintah-Nya, serta menghindari apa yang dilarang-Nya. sebab takut kepada Allah dapat pula diartikan takut akan azab dan siksa-Nya, takut ibadahnya tidak diterima oleh Allah sehingga berhati-hati dalam melakukannya. Selain itu, sikap perilaku takut kepada Allah juga dapat diwujudkan dalam bentuk ketaatan dan kepatuhan atas ajaran agama yang telah disampaikan oleh Allah SWT. dalam Al-Qur'an dan Rasul-Nyaa dalam Al-Hadis.
Semakin tebal rasa takut kepada Allah SWT. akan semakin memperkuat keimanan kepada-Nya, sebagaimana yang dijelaskan Allah dalam firman-Nya:
Artinya : "Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama[1258]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun." (Q.S. Fatir : 28).
5. Terbiasa berakhlak terpuji khauf
Membiasakan diri berakhlak khauf kepada Allah SWT. merupakan perbuatan akhlak terpuji yang harus dipegang teguh oleh setiap manusia. Sebab seseorang akan bermoral bejat, manakala tidak ada rasa takut kepada Allah SWT. dalam dirinya. Agar dapat membiasakan diri berakhlak khauf hendaknya diperhatikan beberapa hal berikut ini :
a. Yakinkan dlam hati bahwa Allah SWT. itu Maha Kuasa dan Maha Perkasa
b. Harus disadari bahwa azab Allah itu lebih pedih daripada pendirataan apa pun di dunia ini
c. Tanamkan keyakinan dalam hati bahwa setiap amal perbuatan baik pasti ada balasannya dan perbuatan jahat pasti ada hukumannya dari Allah SWT.
d. Mulailah membiasakan diri berakhlak khauf sesuai dengan kemampuan yang ada
e. Berdoalah kepada Allah agar diberi kekuatan untuk senantiasa berakhlak khauf.
D. TAUBAT
1. Pengertian Dan Ciri-ciri Taubat
Taubat artinya kembali. Menurut istilah taubat ialah kembalinya seseorang kejalan yang benar dan diridai oleh Allah SWT.
Orang yang bartaubat dengan sungguh-sungguh dan sepenuh hati, tentu tidak akan mengulangi perbuatan dosa yang pernah dilakukannya. Cirri-ciri orang yang melakukan taubat adalah sebagai berilkut:
a. Semakin rajin dan tekun beribadah
b. Berusaha menghindari maksiat dan dosa, serta menggantinya dengan perbuatan ibadah
c. Patuh dan taat terhadap segala ketentuan dan hokum Allah
d. Pemaaf atas kesalahan orang lain terhadap dirinya.
e. Penyabar atas segala musiabah yang menimpanya.
2. Dalil aqli dan naqli tentang akhlak taubat
Akal sehat manusia tidak menyukai yang kotor dan busuk, sebaliknya menyukai sesuatu yang bersih dan suci. Jadi sikap perbuatan manusia yang ternoda dan tercemari kotoran salah dan dosa, hendaknya segera dicuci dengan taubat kepada Allah SWT.
Taubat kepada Allah merupakan perbuatan terpuji yang dapat menyucikan hati dan jiwa, sebagaimana firman Allah SWT.
… •
Artinya : 'Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (Q.S. An-Nur: 31)
3. Klasifikasi nilai-nilai taubat
Berakhlak taubat tidak hanya merupakan sikap perilaku terpuji, tapi juga mengandung nilai-nilai luhur dan mulia, di antaranya sebagai berikut :
a. Menyadari akan kesalahan dan kekeliruan dan perbuatannya
b. Menyadari kelemahan dan kekurangan dirinya dalam mengontrol dan mengendalikan hawa nafsunya.
c. Merasa jera karena takut akan azab Allah SWT.
d. Tidak mengulangi lagi perbuatan salah dan dosanya
e. Mengakui kebenaran dan keagungan hokum-hukum Allah SWT.
4. Sikap dan perilaku taubat
Dalam kehidupannya, manusia tidak akan lepas dari perbuatan salah dan dosa, baik disengaja maupun tidak, yang disadari maupun tidak, besar maupun kecil. Sebab secara fitrah manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.
ا لإ نـسـا ن مـحـل ا لخـطـا ء و الـنـسـيـان ( رواه أحـمـد)
Artinya : "manusia itu adalah tempatnya salah dan lupa" (HR. Ahmad)
5. Terbiasa berkahlak terpuji taubat
Membiasakan diri berakhlak taubat dalam kehidupan sehari-hari, merupakan suatu perbuatan yang sangat terpuji. Untuk dapat membiasakan diri berakhlak terpuji, hendaknya diperhatikan beberpa hal berikut ini ;
a. Sadari sepenuhnya bahwa perbuatan dosa itu hanya akan mendatangkan mudarat dan kerugian, baik di dunia maupun di akhirat.
b. Yakinkan dalam hati bahwa Allah SWT. Maha Pemaaf fan pengampun segala dosa.
c. Berusahalah menjaga dan mengendalikan hawa nafsu, agar tidak terjerumus ked lam jurang dosa.
d. Mulailah dari sekarang untuk membiasakan diri berakhlak taubat
e. Berdoalah kepada Allah swt. agar diberi kekuatan dalam mengamalkan skhlak taubat.
SOAL-SOAL LATIHAN
I. Bentuk soal pilihan ganda
Berila tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang dianggap paling benar !
1. Tauhid artinya ….
a. Menyatukan c. memadukan
b. mengesakan d. menyamakan
2. salah satu dalil naqli tentang tauhid adalah ………..
a. surat Al-Baqarah ayat 183 c. surat An-Nur ayat 31
b. surat Al-Baqarah ayat 163 d. surat al-Maidah ayat 3
3. salah satu cirri orang yang memiliki sifat tauhid yaitu …….
a. Hanya memikirkan akhirat saja
b. Meyakini benar akan keesaan Allah SWT.
c. Tidak mau pergi ke dukun atau para normal
d. Tidak percaya dengan alam gaib
4. Ikhlas menurut bahasa artinya ……….
a. Bersih c. tulus
b. Sopan d. suci
5. Salah satu dalil naqli tentang ikhlas yaitu ……….
a. Surat Az-Zumar ayat 2 c. surat Az-Zumar ayat 2-3
b. Surat Az-Zumar ayat 3 d. surat An-Nahl ayat 5
6. Salah satu cirri sifat ikhlas adalah ………
a. Hidup sederhana
b. Menerima apa adanya
c. Melakukan sesuatu tidak mengharapkan imbalan kecuali rido Allah
d. Melakukan sesuatu penuh dengan perhitungan dan pertimbangan
7. Takut kepada Allah SWT. disebut …………
a. Raja' c. tauhid
b. khauf d. tawakal
8. surat an-Nur ayat 52 merupakan dalil tentang ……….
a. Khauf c. tawadu'
b. Raja' d. taubat
9. Berharap atas rakhmat Allah disebut ……….
a. Khauf c. raja'
b. Tawqadu' d. taubat
10. Taubat yang sesungguhnya disebut ………..
a. Taubat hasanah c. taubat nasihah
b. Taubat nasuha d. taubat wadi'ah
11. Tawadu' artinya …….
a. Rendah diri c. toleransi
b. Rendah hati d. tahu diri
12. Perbuatan yang tidak mengesakan Allah SWT. disebut ………….
a. Kufur c. syirik
b. Nifak d. hasud
13. Berputus asa adalah sikap perilaku tercela yang bertentangan dengan sikap …….
a. Khauf c. taubat
b. Raja' d. tawadu'
14. Mengerjakan sesuatu tanpa mengharap imbalan, kecuali rido Allah semata disebut ……..
a. Sabar c. ikhlas
b. Rajin d. raja'
15. Surat An-Nur ayat 31 merupakan dalil tentang…………..
a. Taubat c. raja'
b. Tawadu' d. khauf.
II. BENTUK SOAL URAIAN
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !
1. Jelaskan pengertian tauhid dan ikhlas
2. Mengapa ikhlas dikatakan inti ibadah ? berikan alasanmu dengan singkat
3. Jelaskan pengertian khauf !
4. Apa bedanya pengertian takut kepada hewan atau manusia dengan takut kepada Allah SWT. ?
5. Jelaskan pengertian taubah !
ijin copas gan..
BalasHapus