yang memerlukan contoh laporan karya wisata
silahkan klik disini!!!Sabtu, 24 Desember 2011
Sabtu, 29 Oktober 2011
AKHLAK HUSNUZDAN
Husnuzan
sebagai Perilaku Terpuji
- Husnuzhan kepada Allah dan Sabar Menghadapi Cobaan-Nya
Husnuzan artinya berprasangka baik. Sedangkan huznuzan
kepada Allah SWT mengandung arti selalu berprasangka baik kepada Allah SWT,
karena Allah SWT terhadap hamba-Nya seperti yang hamba-Nya sangkakan
kepada-Nya, kalau seorang hamba berprasangka buruk kepada Allah SWT maka
buruklah prasangka Allah kepada orang tersebut, jika baik prasangka hamba
kepadanya maka baik pulalah prasangka Allah kepada orang tersebut. Cara
menunjukkan sikap husnuzan kepada Allah swt adalah:
1. Senantiasa taat kepada Allah.
2. Bersyukur apabila mendapatkan kenikmatan.
3. Bersabar dan ikhlas apabila mendapatkan ujian serta
cobaan.
B. Husnuzan kepada Diri Sendiri
Husnuzan kepada diri sendiri adalah
sikap baik sangka kepada diri sendiri dan meyakini akan kemampuan diri sendiri.
Husnuzan kepada diri sendiri dapat ditunjukkan dengan
sikap-sikap berikut:
1.
Gigih
dan Optimis
Gigih berarti sikap teguh pendirian, tabah, dan ulet atau
berkemauan kuat dalam usaha mencapai sesuatu cita-cita. Sedangkan optimis
adalah sikap yang selalu memiliki harapan baik dan positif dalam segala hal.
Manfaat sikap gigih adalah:
a.
Membentuk
pribadi yang tangguh
b.
Menjadikan
seseorang teguh pendirian sebab tidak mudah menerima pengaruh buruk dari orang
lain
c.
Menjadikan
seseorang kreatif
d.
Menyebabkan
seseorang tidak gampang berputus asa dan menyerah terhadap keadaan
2. Berinisiatif
Berinisiatif artinya pelopor atau langkah pertama, atau
senantiasa berbuat sesuatu yang sifatnya produktif. Berinisiatif menuntut sikap
bekerja keras dan etos kerja yang tinggi.
Ciri khas orang penuh inisiatif, adalah:
a. Kreatif
b. Tidak kenal putus asa
C. Husnuzan kepada Sesama Manusia
Husnuzan kepada sesama manusia adalah sikap yang selalu
berpikir dan berprasangka baik kepada sesama manusia. Sikap ini ditunjukkan
dengan rasa senang, berpikir positif, dan sikap hormat kepada orang lain tanpa
ada rasa curiga, dengki, dan perasaan tidak senang tanpa alasan yang jelas.
Nilai dan manfaat dari sikap husnuzan kepada manusia adalah:
a. Hubungan persahabatan dan persaudaraan menjadi lebih
baik.
b. Terhindar dari penyesalan dalam hubungan dengan sesama.
c. Selalu senang dan bahagia atas kebahagiaan orang lain.
Jumat, 28 Oktober 2011
TAUBAT
TAUBAT
Kenapa manusia harus berakhlak kepada Allah? Sebab manusia akan
berakhlak dengan baik kepada yang lain kalau dia berakhlak kepada Allah. Kalau
kepada Allah saja dia tidak berakhlak bagaimana mungkin dia akan berakhlak
kepada manusia, makhluk dan alam semesata.
Umar bin Khattab jika mengangkat gubernur ia hanya bertanya satu
hal saja, bagaimana shalat berjamaahnya, suka ke masjid atau tidak? Kalau
laporannya adalah ke masjid setiap waktu shalat, maka dia layak menjadi
gubernur. Alasan Umar sederhana saja, shalat itu amanah Allah, kalau amanah
Allah sudah diabaikan apalagi amanah manusia. Tapi kalau amanah Allah dia jaga,
Insya allah dia akan menjaga amanah manusia. Demikian juga dengan akhlak, kalau
dia berakhlak baik kepada Allah, insyaallah dia juga akan berakhlak baik kepada
sesama.
Raja Najasyi waktu bertanya kepada Ja’far bin Abi Thalib, apakah
orang yang mengaku Nabi itu pernah berdusta? Kata Abu Sufyan, setahu kami dia
tidak pernah berdusta. Ini ciri kenabian. Kenapa begitu? Kalau kepada manusia
saja dia tidak berdusta mana mungkin dia berani berdusta atas nama Tuhan.
Jadi sederhana saja mengukur kehidupan itu. Makanya pantas Nabi
mengatakan:
“Atsqolus sholaati ‘alal munaafiqi sholaatul ‘isyaa’i wa sholaatil fajri”
(“Salat yang paling berat untuk orang munafik adalah salat isya dan solat fajri”)
Maka jika ada ustadz yang tidak pernah salat jamaah subuh, maka titel ustadznya harus dipertanyakan. Kalau ustadznya saja tidak pergi ke masjid bagaimana dengan jamaahnya. Kata orang Amerika, kalau jumlah kaum muslimin yang shalat subuh sudah seperti jumlah orang yang shalat Jum’at, maka Amerika akan bisa dikalahkan oleh orang Islam.
“Atsqolus sholaati ‘alal munaafiqi sholaatul ‘isyaa’i wa sholaatil fajri”
(“Salat yang paling berat untuk orang munafik adalah salat isya dan solat fajri”)
Maka jika ada ustadz yang tidak pernah salat jamaah subuh, maka titel ustadznya harus dipertanyakan. Kalau ustadznya saja tidak pergi ke masjid bagaimana dengan jamaahnya. Kata orang Amerika, kalau jumlah kaum muslimin yang shalat subuh sudah seperti jumlah orang yang shalat Jum’at, maka Amerika akan bisa dikalahkan oleh orang Islam.
Akhlak kepada Allah banyak ragamnya diantaranya, yang pertama
dan yang paling utama adalah beribadah. Kemudian taubat, sabar, syukur, ridho,
istiqomah dan do’a. Hanya saja pada kesempatan ini saya hanya membahas tentang
taubat.
Apa itu taubat? Taubat berasal dari kata taaba yatuubu taubatan,
yang artinya, pertama ar ruju’ kembali. Asalnya tidak mau kemasjid kembali mau
kemasjid, asalnya tidak mau menutup aurat kembali menutup aurat. Arti kedua,
nadama, menyesal. Menyesal sering mengabaikan perintah Allah. Menyesal sering
melawan suami. Dan yang ketiga, nawa, bertekad, berazam untuk memperbaikinya di
masa yang akan datang.
Taubat secara istilah adalah kembalinya seorang hamba yang asalnya jauh kepada Allah menjadi dekat kepada Allah, dari maksiat menjadi taat, dari jahililah kepada Islam dan dari musyrik kepada tauhid.
Taubat secara istilah adalah kembalinya seorang hamba yang asalnya jauh kepada Allah menjadi dekat kepada Allah, dari maksiat menjadi taat, dari jahililah kepada Islam dan dari musyrik kepada tauhid.
Alasan mengapa kita harus bertobat:
1.
Taubat
adalah merupakan kebutuhan manusia.
2.
Taubat adalah merupakan
kebutuhan manusia, karena manusia ini tidak lepas dari kesalahan. Sebagaimana
Nabi Muhammad Saw bersabda :
“Kullu bani aadama khoththooun wa khoirul khoththtooiina at tawwaabuun”.(“Setiap
Anak Adam pasti ada saja berbuat salah (khilaf), tetapi sebaik-baik yang
berbuat kesalahan adalah mereka yang bertaubat”).
Hanya saja hadits ini jangan dijadikan dalih untuk
menjustisifikasi kesalahan yang sengaja dilakukan, tetapi ini sebuah peringatan
agar manusia berhati-hati atas segala ucapan, tingkahlaku dan perbuatannya.
Manusia memang tidak luput dari kesalahan, bahkan jangankan manusia pada
umumnya, sampai orang bertakwa sekaliapun ada saja yang berbuat kesalahan. Di
surat Ali Imran ketika Allah bercerita tentang orang-orang yang berbuat
kebajikan dalam surat Ali Imron, 3:135 , yang artinya :
“Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau mendzalimi diri mereka sendiri, mereka ingat kepada Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah?. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu, sedang mereka mengetahui.
“Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau mendzalimi diri mereka sendiri, mereka ingat kepada Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Allah?. Dan mereka tidak meneruskan perbuatan keji itu, sedang mereka mengetahui.
Ayat tersebut menjadi dalil bahwa jangankan manusia pada umumnya
sampai orang bertaqwa pun ada saja melakukan kesalahan dan kekhilafan. Tapi dia
tidak membiarkan dirinya terus melakukan kesalahan itu, terus asyik dalam
perbuatan dosa tapi segera bertaubat kepada Allah. Jadi dengan demikian taubat
merupakan kebutuhan kita sebagai manusia, sebab kita tidak pernah lepas dari
segala kekhilafan dan kesalahan.
2. Taubat merupakan perintah Allah kepada seluruh orang yang beriman.
Allah Swt memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk selalu bertobat kepadaNya, sebagaimana firmanNya dalam surat At-Tahriim, 66:8, yang artinya:
2. Taubat merupakan perintah Allah kepada seluruh orang yang beriman.
Allah Swt memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk selalu bertobat kepadaNya, sebagaimana firmanNya dalam surat At-Tahriim, 66:8, yang artinya:
”Hai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan
taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan tuhan kamu akan menghapus
kesalahan-kesalahanmu dan memasukan kamu ke dalam syurga yang mengalir di
bawahanya sungai-sungai”.
Dalam ayat tersebut yang diperintahkan bertaubat itu, bukan
ahlul ma’siat (orang yang senantiasa berbuat maksiat), tetapi yang
diperintahkan untuk bertobat adalah orang yang beriman.
Ibnul Qoyyim al-jauzy dalam kitabnya Tahdib Madaarijis Shaalihiin,
ketika mengomentari ayat ini, beliu mengatakan, ayat ini termasuk ayat
madaniyah yang menjadi khitobnya adalah orang beriman yang sudah teruji
keimanannya. Meraka sudah hijrah dan berjihad. Hijrah itu bukan perkara yang
ringan tetapi teramat sangat berat yang menunjukkan kedalaman keimanan mereka
kepada Allah Swt. Mereka harus meninggalkan rumah tempat tinggal, keluarga dan
sanak saudara. Diantara mereka ada yang meninggalkan perniagaan, ladang,
perkebunan peternakan dan harta benda mereka menuju Madianah yang belum jelas
akan tidur dimana, tinggal dimana dan tidak mempunyai uang sepeserpun. Tapi ini
perintah Allah, tidak ada pilihan kecuali sami’na wa atho’na, (kami dengar dan
kami taati). Sudah berkorban habis-habisan, keimanannya sudah teruji masih
diperintahkan bertaubat. Berarti taubat itu bukan hanya bagi mereka yang sering
melakukan maksiat tetapi juga bagi seluruh orang yang beriman. jadi jelas,
taubat itu bukan saja kebutuhan kita sebagai manusai yang suka khilaf dan
salah, tapi perintah Allah kepada orang-orang beriman.
3. Rasulullah Saw sebagai teladan orang-orang beriman adalah
Imaam at Tawwabiin (pemimpin orang-orang yang bertaubat).
Rasul yang wajib kita ikuti, beliau tidak pernah kurang dari 70-100 kali beristigfar dan bertaubat. Dalam hadits riwayat Bukhary belaiau berkata;
“Wallahi inni laastaghfiru wa atuubu ilallahi fi yaumin aktsaro min sab’iina marroh”.
(Demi Allah aku bertobat dan beristighfar dalam sehari lebih dari 70 kali). Nabi yang ma’sum, dosanya sudah diampuni, yang selalu melaksanakan perintah Allah, dalam sehari tidak kurang dari 70 kali beristigfar dan memohon ampun kepada Allah.
Rasul yang wajib kita ikuti, beliau tidak pernah kurang dari 70-100 kali beristigfar dan bertaubat. Dalam hadits riwayat Bukhary belaiau berkata;
“Wallahi inni laastaghfiru wa atuubu ilallahi fi yaumin aktsaro min sab’iina marroh”.
(Demi Allah aku bertobat dan beristighfar dalam sehari lebih dari 70 kali). Nabi yang ma’sum, dosanya sudah diampuni, yang selalu melaksanakan perintah Allah, dalam sehari tidak kurang dari 70 kali beristigfar dan memohon ampun kepada Allah.
Dalam riwayat yang lainnya , yang diriwayatkan oleh Imam Muslim,
Rasulullah Saw bersabda :
”Ayyuhan naasu tuubuu ilallahi, fainni atuubu ilaihi fi yaumin
miatu marroh”
(Wahai manusia bertobatlah kalian kepada Allah dan sesungguhnya aku bertobat kepada Allah dalam sehari 100 kali).
(Wahai manusia bertobatlah kalian kepada Allah dan sesungguhnya aku bertobat kepada Allah dalam sehari 100 kali).
Lalu bagaimana dengan kita?, padahal maksiat yang kita lakukan
tidak terhitung jumlahnya, dari hari kehari dosa semakin menumpuk, maka
terapilah diri kita dengan istigfar. Banyak-banyaklah beistigfar dan bertaubat.
Seorang sahabat Ibnu Umar menghitung taubat Rasulullah dalam satu majlis saja Rasul membaca 100 kali :
Seorang sahabat Ibnu Umar menghitung taubat Rasulullah dalam satu majlis saja Rasul membaca 100 kali :
“Rabbigfirlii wa tub ‘alayya innaka antat tawwabul ghofuur”
(Ya allah ampunilah aku terimalah taubatku sesungguhnya engkau maha pengampun dan maha penerima taubat).
(Ya allah ampunilah aku terimalah taubatku sesungguhnya engkau maha pengampun dan maha penerima taubat).
Atau dalam redaksi yang lain:
”Rabbigfirlii wa tub ‘alayya innaka antat tawwaabur rohiim”
Dan dalam riwayat yang lain Rasul mengatakan minimal dalam sehari kita membaca pada waktu pagi dan sore sayyidul istighfar:
Dan dalam riwayat yang lain Rasul mengatakan minimal dalam sehari kita membaca pada waktu pagi dan sore sayyidul istighfar:
“Allahumma anta robbi laa ilaaha illa anta kholaqtanii wa ana
‘abduka wa ana ‘ala ‘ahdika wa wa’dika mastaho’tu a’uudzubika min syarri ma
shona’tu abu’u laka bini’matika ‘alayya wa abu’u bidzanbii fagfirlii fainnahu
laa yaghfirudz dzunuuba illa anta”.
Kala terlalu panjang ada yang lebih pendek lagi
“Astagfirullahal ladzi laa ilaaha illa hual hayyul qoyyuum wa
atuubu ilaihi”
Itu juga terlalu panjang
Itu juga terlalu panjang
“Rabbigfirlii wa tub ‘alayya innaka antat tawwwabul ghofuur” Itu
juga belum hafal maka bacalah “Astaghfirullahal ‘azhiim”
3.
Allah
mencintai orang-orang yang bertaubat.
Dan ini Allah sendiri
yang mengatakannya, sebagimana firmanNya surat Al-Baqoroh, 2:222
“Sesungguhnya Allah maha
menyukai orang-orang yang bertaubat dan dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri”
Kalau mau dicintai Allah maka bertaubatlah. Bahkan dalam sebuah hadits disebutkan sungguh Allah merasa gembira ketika menerima taubat hambanya. Kegembiraanya ini melebihi seorang musafir yang kehilangan untanya yang sudah ia cari kemana-mana tetapi tidak ketemu, ketika sudah merasa lelah dia duduk dan ajaibnya ontanya datang dengan sendirinya. Maka bergembiralah si musafir tadi dan kegembiraan Allah melebihi musafir tadi.
Allah sangat senang dan bergembira jika ada hamba-Nya yang
bertaubat. Allah sangat cinta ketika seorang hamba menangis di malam hari,
mengadukan masalahnya kepadaNya, dan memohon ampun atas segala dosa-dosanya.
Bahkan dalam hadits, disebutkan Allah membentangkan ampunannya di malam hari
untuk mengampuni taubat seorang hamba yang salah di siang hari. Dan Allah
membentangkan taubatnya di siang hari untuk mengampuni dan menerima taubat
hamba yang salah di malam hari, sampai matahari terbit dari tempat terbenamnya
(kiamat).
Jadi, tidak alasan untuk tidak memperbanyak taubat. Sebagai
manusia kita sering khilaf dan salah maka taubat adalah kebutuhan. Sebagai
orang beriman kita diperintahkan oleh Allah untuk bertaubat. Sebagai seorang
muslim kita wajib mengikuti Rasul yang dalam sehari tidak kurang dari 100 kali
bertaubat. Dan sebagai hamba, Allah mencintai hamba-hamba-Nya yang bertaubat.
Maka tidak ada alasan untuk tidak bertaubat dan menunda-nunda taubat. Wallahu
A’lam
AKIDAH AKHLAK KELAS 11 BAB II
BAB II
AKHLAK BERPAKAIAN, BERHIAS DAN
BERTAMU
AKHLAK BERPAKAIAN, BERHIAS DAN
BERTAMU
A. Tata Krama Berpakaian
a. Fungsi Pakaian
Ada tiga macam fungsi pakaian, yakni
sebagai penutup aurat, untuk menjaga kesehatan, dan untuk keindahan. Tuntunan
Islam mengandung didikan moral yang tinggi. Dalam masalah aurat, Islam telah
menetapkan bahwa aurat lelaki adalah antara pusar samapi kedua lutut. Sedangkan
bagi perempuan adalah seluruh tubuh kecuali muka dan telapak tangan.
Mengenai bentuk atau model pakaian,
Islam tidak memberi batasan, karena hal ini berkaitan dengan budaya setempat.
Oleh karena itu, kita diperkenankan memakai pakaian dengan model apapun, selama
pakaian tersebut memenuhi persyaratan sebagai penutup aurat.
Pakaian merupakan penutup tubuh
untuk memberikan proteksi dari bahaya asusila, memberikan perlindungan dari
sengatan matahari dan terpaan hujan, sebagai identitas seseorang, sebagai harga
diri seseorang, dan sebuah kebutuhan untuk mengungkapkan rasa malu seseorang.
Dahulu, pakaian yang sopan adalah pakaian yang menutup aurat, dan juga longgar
sehingga tidak memberikan gambaran atau relief bentuk tubuh seseorang terutama
untuk kaum wanita. Sekarang orang-orang sudah menyebut pakaian seperti itu
sudah dibilang kuno dan tidak mengikuti mode zaman sekarang atau tidak modis.
Timbul pakaian you can see atau sejenis tanktop, dll. Yang
uniknya, semakin sedikit bahan yang digunakan dan semakin ketat pakaian
tersebut maka semakin mahal pakaian tersebut. Ada seseorang yang berkata
sedikit mengena, “Anak jaman sekarang bajunya kayak baju anak kecil, pantesan
saya nyari baju anak rada susah, berebut ama orang dewasa.” Memang tidak salah
dia mengatakan hal seperti itu, toh, itu memang kenyataan. Padahal jika
kita tidak bisa menjaga aurat kita, kita akan kerepotan. Sangat tidak mungkin
kita akan mengumbar aurat di depan umum, jika hal tersebut dilakukan, maka kita
bisa disebut gila. Mau tidak anda disebut gila?
Anehnya, sekarang banyak kaum wanita
terutama muslimah yang belomba-lomba untuk memakai pakaian yang katanya
modis tersebut. Pakaian tersebut sebenarnya digunakan oleh para (maaf) PSK dan
WTS untuk memikat pelanggan, akan tetapi seiring perkembangan waktu, fungsi
pakaian tersebut sudah berubah untuk memikat lawan jenis, sehingga semakin
terpikat lawan jenis, semakin banyak pula kasus tindakan asusila yang sering
kita baca di media cetak, elektronik, atau mungkin kita pernah melihat atau
mengalaminya sendiri. Pelecehan seksual ada di mana-mana. Tidakkah para
mukminin dan mukminat telah diperintahkan oleh Allah di dalam kitab nan suci,
al-Qur’an, surat Al-A’raf ayat 26: (lihat al-qur’an onlines di google)
Artinya: Hai, anak Adam! Sesungguhnya Kami telah
menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk
perhiasan. Dan pakaian taqwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah
sebagaian dari tanda-tanda Kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.
(QS Al A’raf : 26)
Atau Q.S. Al-Ahzab ayat 59 yang artinya : (lihat al-qur’an
onlines di google)
Artinya: Hai para Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu,
anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka
mudah dikenali karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. (QS Al Ahzab : 29)
Tapi mengapa kaum hanya kaum wanita
saja yang dibahas? Ya, karena wanita adalah manusia yang paling dijaga harga
dirinya oleh Allah SWT. Sudah dijaga koq masih tidak bersyukur?
Coba pikirkan, sangat sayangnya
Allah kepada wanita, Allah Yang Maha Penyayang sampai-sampai membahas hal-hal sekecil
itu. Maka dari itu marilah kita menjaga harga diri wanita muslimah kita demi
tercapainya masa depan yang cerah.
b. Adab
Berpakaian
Islam melarang umatnya berpakaian
terlalu tipis atau ketat (sempit sehingga membentuk tubuhnya yang asli).
Kendati pun fungsi utama (sebagai penutup aurat) telah dipenuhi, namun apabila
pakaian tersebut dibuat secara ketat (sempit) maka hal itu dilarang oleh Islam.
Demikian juga halnya pakaian yang terlalu tipis. Pakaian yang ketat akan
menampilkan bentuk tubuh pemakainya, sedangkan pakaian yang terlalu tipis akan
menampakkan warna kulit pemakainya. Kedua cara tersebut dilarang oleh Islam
karena hanya akan menarik perhatian dan menggugah nafsu syahwat bagi lawan
jenisnya. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:
صِنْقَانِ
مِنْ اَهْلِ النَّارِ لَمْ اَرَهُمَا قَوْمٌ سِيَاطٌ كَا الاَذْنَابِ الْبَقَرِ
يَضْرِبُوْنَ بِهَا النَّاسَ . وَ نِسَاءٌ كَا سِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيْلاَتٌ
رَؤَوْسَهُنَّ كَأَشْنِمَةِ
الْبُخْتِ الْمَائِلاَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَ لاَ يَخِذْ نَ رِيْحَهَا
لَيُوْخَذُ مِنْ مَسِيْرَةِ كَذاً وَ كَذاً (رواه مسلم)
Artinya: “Ada dua golongan dari ahli neraka yang belum
pernah saya lihat keduanya, yaitu 1) kaum yang membawa cambuk seperti seekor
sapi yang mereka pakai buat memukul orang (penguasa yang kejam, 2)
perempuan-perempuan yang berpakaian, tetapi telanjang, yang cenderung kepada
perbuatan maksiat, rambutnya sebesar punuk unta. Mereka itu tidak bisa masuk
surga dan tidak akan mencium bau surga padahal bau surga itu dapat tercium
sejauh perjalanan demikian dan demikian.” (HR Muslim)
Ada dua maksud yang menjadi kesimpulan pada hadits ini,
yaitu sebagai berikut:
- Maksud kaum yang membawa cambuk seperti seekor sapi ialah perempuan-perempuan yang suka menggunakan rambut sambungan (cemara dalam bahasa jawa), dengan maksud agar rambutnya tampak banyak dan panjang sebagaimana wanita lainnya. Selanjutnya, yang dimaksud rambutnya seperti atau sebesar punuk unta adalah sebutan bagi wanita yang suka menyanggul rambutnya. Kedua macam cara tersebut (memakai cemara dan menyanggul) termasuk perkara yang tecela dalam Islam
- Mereka dikatakan berpakaian karena memang mereka menempelkan pakaian pada tubuhnya, tetapi pakaian tersebut tidak berfungsi sebagai penutup aurat. Oleh karena itu, mereka dikatakan telanjang. Pada zaman modern seperti sekarang ini, amat banyak manusia (perempuan) mengenakan pakaian yang amat tipis sehingga warna kulitnya tampak jelas dari luar. Sementara itu banyak pula perempuan yang memakai pakaian relatif tebal, namun karena sangat ketat sehinga bentuk lekuk tubuhnya terlihat jelas. Kedua cara berpakaian seperti itu (terlampau tipis dan ketat) termasuk perkara yang dilarang dalam Islam.
Ciri-ciri pakaian wanita Islam di luar rumah ialah:
- Pakaian itu haruslah menutup aurat sebagaimana yang dikehendaki syariat.
- Pakaian itu tidak terlalu tipis sehingga kelihatan bayang-bayang tubuh badan dari luar.
- Pakaian itu tidak ketat atau sempit tapi longgar dan enak dipakai. la haruslah menutup bagian-bagian bentuk badan yang menggiurkan nafsu laki-laki.
- Warna pakaian tsb suram atau gelap seperti hitam, kelabu asap atau perang.
- Pakaian itu tidak sekali-kali dipakai dengan bau-bauan yang harum
- Pakaian itu tdak ‘bertasyabbuh’ (bersamaan atau menyerupai)dengan pakaian laki-laki yaitu tidak meniru-niru atau menyerupai pakaian laki-laki.
- Pakaian itu tidak menyerupai pakaian perempuan-perempuan kafir dan musyrik.
- Pakaian itu bukanlah pakaian untuk bermegah-megah atau untuk menunjuk-nunjuk atau berhias-hias.
Aurat perempuan yang merdeka
(demikian juga khunsa) dalam sholat adalah seluruh badan kecuali muka dan
telapak tangan yang lahir dan batin hingga pergelangan tangannya. Oleh karena
itu jika nampak rambut yang keluar ketika sholat atau nampak batin telapak kaki
ketika rukuk dan sujud, maka batallah sholatnya.
Aurat perempuan merdeka di luar
sholat Di hadapan laki-laki ajnabi atau bukan muhram
Yaitu seluruh badan. Artinya, termasuklah muka, rambut,
kedua telapak tangan (lahir dan batin) dan kedua telapak kaki (lahir dan
batin). Maka wajiblah ditutup atau dilindungi seluruh badan dari pandangan
laki-laki yang ajnabi untuk mengelakkan dari fitnah. Demikian menurut mahzab
Syafei.
Di hadapan perempuan yang kafir
Auratnya adalah seperti aurat bekerja yaitu seluruh badan kecuali kepala, muka,
leher, dua telapak tangan sampai kedua siku dan kedua telapak kakinya.
Demikianlah juga aurat ketika di hadapan perempuan yang tidak jelas pribadi
atau wataknya atau perempuan yang rosak akhlaknya.
Ketika sendirian, sesama perempuan
dan laki-laki yang menjadi muhramnya Auratnya adalah di antara pusat dan lutut
Walau bagaimanapun, untuk menjaga adab dan untuk memelihara dan berlakunya hal
yang tidak diingini, maka perlulah ditutup lebih dari itu agar tidak
menggiurkan nafsu. Ini adalah penting untuk menghindarkan fitnah.
Salah satu permasalahan yang kerap
kali dialami oleh kebanyakan manusia dalam kesehariannya adalah melepas dan
memakai pakaian baik untuk tujuan pencucian pakaian, tidur, atau yang
selainnya. Sunnah-sunnah yang berkaitan dengan melepas dan memakai pakaian
adalah sebagai berikut : Mengucapkan Bismillah. Hal itu diucapkan baik ketika
melepas maupun memakai pakaian. Imam An-Nawawy berkata : “Mengucapkan bismillah
adalah sangat dianjurkan dalam seluruh perbuatan”. Memulai Dengan Yang Sebelah
Kanan Ketika Akan Memakai Pakaian. Berdasarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam. “Apabila kalian memakai pakaian maka mulailah dengan yang sebelah
kanan”.
c. Kaum
Lelaki Dilarang Memakai Cincin Emas dan Pakaian Sutra
Dalam hal ini, cincin emas dan
pakaian sutra yang dipakai oleh kaum lelaki, Khalifah Ali r.a pernah berkata:
نَهَاتِى
رَسُوْلُ اللهِ ص م عَنِ التَّخَتُمِ بِالذَّهَبِ وَ عَنْ لِبَاسِ الْقَسِّى وَ
عَنْ لِبَاسِ
الْمُعَصْفَرِ (رواه الطبرانى)
Artinya: “ Rasulullah SAW pernah
melarang aku memakai cincin emas dan pakaian sutra serta pakaian yang dicelup
dengan ashfar.” (HR Thabrani)
Yang dimaksud dengan ashfar ialah
semacam wenter berwarna kuning yang kebanyakan dipakai oleh wanita kafir pada
zaman itu. Ibnu umar meriwayatkan sebagai berikut:
رَأَى
رَسُوْلُ اللهِ ص م عَلَيَّ ثَوْبَيْنِ مُعَصْفَرَيْنِ فَقَالَ : اِنَّ هَذِهِ
مِنْ ثِيَابِ الْكُفَّارِ
فَلاَ تَلْبَسْهَا
Artinya: “Rasulullah SAW pernah
melihat aku memakai dua pakaian yang dicelup dengn ashfar maka sabda beliau:
Ini adalah pakaian orang-orang kafir, oleh karena itu janganlah engkau pakai.”
Larangan bagi laki-laki memakai
cincin emas dan pakaian dari sutra adalah suatu didikan moral yang tinggi.
Allah telah menciptakan kaum lelaki yang memiliki naluri berbeda dengan
perempuan, memiliki susunan tubuh yang berbeda dengan tubuh perempuan. Lelaki
memiliki naluri untuk melindungi kaum perempuan yang relatif lemah kondosi
fisiknya. Oleh sebab itu, sangat tidak layak kiranya apabila lelaki meniru
tingkah laku perempuan yang suka berhias dan berpakaian indaah serta suka
dimanja. Dari sisi lain, larangan ini sekaligus sebagai upaya pencegahan
terhadap sikap hidup bermewah-mewahan, sementara masih banyak rakyat yang hidup
dibawah garis kemiskinan.
3. Tata
Krama Berhias
Pada hakikatnya Islam mencintai
keindahan selama keindahan tersebut masih berada dalam batasan yang wajar dan
tidak bertentangan dengan norma-norma agama.
Beberapa ketentuan agama dalam masalah berhias ini antara
lain sebagai berikut:
- Laki-laki dilarang memakai cincin emas
Sebagaimana larangan yang ditujukan
oleh Rasulullah SAW terhadap Ali r.a
- Jangan bertato dan mengikir gigi
Pada zaman jahiliyah banyak wanita
Arab yang menato sebagian besar tubuhnya, muka dan tangannya dengan warna biru
dalam bentuk ukiran. Pada zaman sekarang ini (khususnya di lingkungan masyrakat
kita) bertato banyak dilakukan oleh kaum lelaki. Dengan bertato ini, mereka
merasa mempunyai kelebihan dari orang lain.
Adapun yang dimaksud dengan mengikir
gigi ialah memendekkan dan merapikan gigi. Mengikir gigi banyak dilakukan oleh
kaum perempuan dengan maksud agar tampak rapi dan cantik. Rasulullah SAW
bersabda;
لَعَنَ
رَسُوْلُ اللهِ ص م اَلْوَاشِمَةَ وَ الْمُشْتَوْشِمَةَ وَ اْلوَاشِرَةَ وَ اْلمُشْتَوْشِرَةَ
(رواه الطبرانى)
Artinya: “Rasulullah SAW melaknat
perempuan yang menato dan yang minta ditato, yang mengikir gigi dan yang minta
dikikir giginya.” (HR At Thabrani)
- Jangan menyambung rambut
Selain hadits yang tersebut didepan
(dalam hal menyambung rambut) terdapat pula riwayat sebagai berikut:
سَاَلَتْ
اِمْرَاَةَ النَّبِيَّ ص م فَقَالَتْ يَا رَسُوِلُ اللهِ اِنَّ ابْنَتِي
اَصَابَتْهَا الْحِصْيَةُ فَاَمْرَقَ شَعْرُهَا وَاِنِّي زَوَّجْتُهَا اَفَأَصِلُ
فِيْهِ؟ فَقَالَ : لَعَنَ اللهِ الْوَاصِلَةَ وَ الْمُسْتَوْصِلَةَ (زواه البجارى)
Artinya: “Seorang perempuan
bertanya kepada nabi SAW: Ya Rasulullah, sesunguhnya anak saya tertimpa suatu
penyakit sehingga rontok rambutnya, dan saya ingin menikahkan dia. Apakah boleh
saya menyambung rambutnya?. Rasulullah menjawab: Allah melaknat perempuan yang
melaknat perempuan yang melaknat rambutnya.” (HR Bukhari)
- Jangan berlebih-lebihan dalam berhias
Berlebih lebihan ialah melewati
datas yang wajar dalam menikmati yang halal. Berhias secara berlebih-lebiha
cenderung kepada sombong dan bermegah-megahan yang sangat tercela dalam Islam.
Setipa muslim dan muslimat harus dapat menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat
menyebabkan kesombongan, baik dalam berpakaian maupun dalam berhias bentuk yang
lain. Memoles wajah dengan bahan make-up terlampau banyak serta menggunakan
perhiasan emas pada leher, kedua tangan dan kedua kaki secara mencolok termasuk
berlebih-lebihan. Perbuatan yang demikian itu tidak lain adalah bermaksud untuk
menarik perhatian pihak lain, terutama lawan jenisnya. Apabila yang dimaksudkan
adalah untuk menarik perhatian suaminya maka hal itu baik untuk dilakukan. Akan
tetapi, apabila yang dimaksud itu semua orang (selain suami) maka hal itu
termasuk perbuatan yang dialranga dalam Islam. Selain menjurus kepada sikap
sombong, berlebih-lebihan termasuk perbuatan tabzir, sedangkan tabzir
dilarang oleh Allah SWT. (lihat al-qur’an onlines di google)
Artinya: “26) Dan berikanlah
kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang
yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara
boros. 27) Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara
syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya. (QS Al Isra :
26-27)
Bertatakrama Dalam Bertamu dan Menerima Tamu
4. Tata
Krama Bertamu
Bertamu adalah salah satu cara untuk
menyambung tali persahabatan yang dianjurkan oleh Islam. Islam memberi
kebebasan untuk umatnya dalam bertamu. Tata krama dalam bertamu harus tetap
dijaga agar tujuan bertamu itu dapat tercapai. Apabila tata krama ini dilanggar
maka tujuan bertamu itu justru akan menjadi rusak, yakni merenggangnya hubungan
persaudaran.. Islam telah memberi bimbingan dalam bertamu, yaitu jangan bertamu
pada tiga waktu aurat.
Yang dimaksud dengan tiga waktu
aurat ialah sehabis zuhur, sesudah isya’, dan sebelum subuh. Allah SWT
berfirman: (lihat al-qur’an onlines di google)
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah
budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum
balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari)
yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di
tengah hari dan sesudah sembahyang Isya’. (Itulah) tiga ‘aurat bagi kamu. Tidak
ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu.
Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang
lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS An Nur : 58)
Ketiga waktu tersebut dikatakan
sebagai waktu aurat karena waktu-waktu itu biasanya digunakan. Lazimnya, orang
yang beristirahat hanya mengenakan pakaian yang sederhana (karena panas
misalnya) sehingga sebagian dari auratnya terbuka. Apabila budak dan anak-anak
kecil saja diharuskan meminta izin bila akan masuk ke kamar ayah dan ibunya,
apalagi orang lain yang bertamu. Bertamu pada waktu-waktu tersebut tidak
mustahil justru akan menyusahkan tuan rumah yang hendak istirahat, karena
terpaksa harus berpakaian rapi lagi untuk menerima kedatangan tamunya.
5. Cara
Bertamu yang Baik
Cara bertamu yang baik menurut Islam antara lain sebagai
berikut:
- Berpakaian yang rapi dan pantas
Bertamu dengan memakai pakaian yang
pantas berarti menghormati tuan rumah dan dirinya sendiri. Tamu yang berpakaian
rapi dan pantas akan lebih dihormati oleh tuan rumah, demikian pula sebaliknya.
Allah SWT berfirman: (lihat al-qur’an onlines di google)
Artinya: “Jika kamu berbua baik
(berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat
maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri….” (QS Al Isra : 7)
- Memberi isyarat dan salam ketika datang
Allah SWT berfirman: (lihat
al-qur’an onlines di google)
Artinya: “Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin
dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar
kamu (selalu) ingat.” (QS An Nur : 27)
Diriwayatkan bahwa:
اِنَّ رَجُلاً اِسْتَأْذَنَ عَلى النَّبِيِّ ص م وَ
هُوَ فِى بَيْتٍ فَقَالَ : “اَلِجُ” فَقَالَ النَّبِيُّ ص م لِجَادِمِهِ :
اُخْرُجْ اِلَى هَذَا فَعَلِّمْهُ الاِسْتِأْذَانَ فَقَلَ لَهُ : قُلْ “السَّلاَمُ
عَلَيْكُمْ اَ اَدْخُلْ” فَسَمِعَهُ الرِّجَلْ فَقُلْ “السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ اَ
اَدْخُلْ” فَاَذِنَ النَّبِيُّ ص م قَدْ دَخَلَ (رواه
ابو داود)
Artinya: “Bahwasanya seorang
laki-laki meminta izin ke rumah Nabi Muhammad SAW sedangkan beliau ada di dalam
rumah. Katanya: Bolehkah aku masuk? Nabi SAW bersabda kepada pembantunya:
temuilah orang itu dan ajarkan kepadanya minta izin dan katakan kepadanya agar
ia mengucapkan “Assalmu alikum, bolehkah aku masuk” lelaki itu mendengar apa
yang diajarkan nabi, lalu ia berkata “Assalmu alikum, bolehkah aku masuk?” nabi
SAW memberi izin kepadanya maka masuklah ia. (HR Abu Daud)
- Jangan mengintip ke dalam rumah
Rasulullah SAW bersabda yang
artinya: “Dari Sahal bin Saad ia berkata: Ada seorang lelaki mengintip dari
sebuh lubang pintu rumah Rasulullah SAW dan pada waktu itu beliau sedang
menyisir rambutnya. Maka Rasulullah SAW bersabda: “Jika aku tahu engkau
mengintip, niscaya aku colok matamu. Sesungguhnya Allah memerintahkanuntuk
meminta izin itu adalah karena untuk menjaga pandangan mata.” (HR Bukhari)
- Minta izin masuk maksimal sebanyak tiga kali
Jika telah tiga namun belum ada
jawaban dari tuan rumah, hendaknya pulang dahulu dan datang pada lain
kesempatan.
- Memperkenalkan diri sebelum masuk
Apabila tuan rumah belum tahu/belum
kenal, hendaknya tamu memperkenalkan diri secara jelas, terutama jika bertamu
pada malam hari. Diriwayatkan dalam sebuah hadits yang artinya: “dari Jabir
ra Ia berkata: Aku pernah datang kepada Rasulullah SAW lalu aku mengetuk pintu
rumah beliau. Nabi SAW bertanya: “Siapakah itu?” Aku menjawab: “Saya” Beliau bersabda:
“Saya, saya…!” seakan-akan beliau marah” (HR Bukhari)
Kata “Saya” belum memberi kejelasan.
Oleh sebab itu, tamu hendaknya menyebutkan nama dirinya secara jelas sehingga
tuan rumah tidak ragu lagi untuk menerima kedatangannya
- Tamu lelaki dilarang masuk kedalam rumah apabila tuan rumah hanya seorang wanita
Dalam hal ini, perempuan yang berada
di rumah sendirian hendaknya juga tidak memberi izin masuk tamunya.
Mempersilahkan tamu lelaki ke dalam rumah sedangkan ia hanya seorang diri sama
halnya mengundang bahay bagi dirinya sendiri. Oleh sebab itu, tamu cukup
ditemui diluar saja.
- Masuk dan duduk dengan sopan
Setelah tuan rumah mempersilahkan
untuk masuk, hendajnya tamu masuk dan duduk dengan sopan di tempat duduk yang
telah disediakan. Tamu hendaknya membatasi diri, tidak memandang kemana-mana
secara bebas. Pandangan yang tidak dibatasi (terutama bagi tamu asing) dapat
menimbulkan kecurigaan bagi tuan rumah. Tamu dapat dinilai sebagai orang yang
tidak sopan, bahkan dapat pula dikira sebagai orang jahat yang mencari-cari
kesempatan. Apabila tamu tertarik kepada sesuatu (hiasan dinding misalnya),
lebih ia berterus terang kepada tuan rumah bahwa ia tertarik dan ingin
memperhatikannya.
- Menerima jamuan tuan rumah dengan senang hati
Apabila tuan rumah memberikan
jamuan, hendaknya tamu menerima jamuan tersebut dengan senang hati, tidak
menampakkan sikap tidak senang terhadap jamuan itu. Jika sekiranya tidak suka
dengan jamuan tersebut, sebaiknya berterus terang bahwa dirinya tidak terbiasa
menikmati makanan atau minuman seperti itu. Jika tuan rumah telah
mempersilahkan untuk menikmati, tamu sebaiknya segera menikmatinya, tidak usah
menunggu sampai berkali-kali tuan rumah mempersilahkan dirinya.
- Mulailah makan dengan membaca basmalah dan diakhiri dengan membaca hamdalah
Rasulullah bersabda dalam sebuah
hadits yang artinya: “Jika seseorang diantara kamu hendak makan maka
sebutlah nama Allah, jika lupa menyebut nama Allah pada awalnya, hendaklah
membaca: Bismillahi awwaluhu waakhiruhu.” ( HR Abu Daud dan Turmudzi)
- Makanlah dengan tangan kanan, ambilah yang terdekat dan jangan memili
Islam telah memberi tuntunan bahwa
makan dan minum hendaknya dilakukan dengan tangan kanan, tidak sopan dengan
tangan kiri (kecuali tangan kanan berhalangan). Cara seperti ini tidak hanya dilakukan
saat bertamu saja. Mkelainkan dalam berbagai suasana, baik di rumah sendiri
maupun di rumah orang lain
- Bersihkan piring, jangan biarkan sisa makanan berceceran
Sementara ada orang yang merasa malu
apabila piring yang habis digunakan untuk makan tampak bersih, tidak ada makann
yang tersisa padanya. Mereka khawatir dinilai terlalu lahap. Islam memberi
tuntunan yang lebih bagus, tidak sekedar mengikuti perasaan manusia yang
terkadang keliru. Tamu yang menggunakan piring untuk menikmati hidangan tuan rumah,
hendaknya piring tersebut bersih dari sisa makanan. Tidak perlu menyisakan
makanan pada pring yang bekas dipakainya yang terkadang menimbulkan rasa jijik
bagi yang melihatnya.
- Segeralah pulang setelah selesai urusan
Kesempatan bertamu dapat digunakan
untuk membicarakan berbagai permasalahan hidup. Namun demikian, pembicaraan
harus dibatasi tentang permasalahan yang penting saja, sesuai tujuan
berkunjung. Hendaknya dihindari pembicraan yang tidak ada ujung pangkalnya,
terlebih membicarakan orang lain. Tamu yang bijaksana tidak suka memperpanjang
waktu kunjungannya, ia tanggap terhadap sikap tuan rumah. Apabila tuan rumah
tekah memperhatikan jam, hendaknya tamu segera pamit karena mungkin sekali tuan
rumah akan segera pergi atau mengurus masalah lain. Apabila tuan ruamh
menghendaki tamunya untuk tetap tinggal dahulu, hendaknya tamu pandai-pandai
membaca situasi, apakah permintaan itu sungguh-sungguh atau hanya sekadar
pemanis suasana. Apabila permintaan itu sungguh-sungguh maka tiada salah jika
tamu memperpanjang masa kunjungannya sesuai batas kewajaran.
6. Lama
Waktu Bertamu Maksimal Tiga Hari Tiga Malam
Terhadap tamu yang jauh tempat
tinggalnya, Islam memberi kelonggaran bertamu selama tiga hari tiga malam.
Waktu twersebut dikatakan sebagai hak bertamu. Setelah waktu itu berlalu maka
habislah hak untuk bertamu, kecuali jika tuan rumah menghendakinya. Dengan
pembatasan waktu tiga hari tiga malam itu, beban tuan rumah tidak telampau
berat dalam menjamu tamuhnya.
7. Tata
Krama Menerima Tamu
a. Kewajiban
Menerima Tamu
Sebagai agama yang sempurna, Islam
juga memberi tuntunan bagi uamtnya dalam menerima tamu. Demikian pentingnya
masalah ini (menerima tamu) sehingga Rasulullah SAW menjadikannya sebagai
ukuran kesempurnaan iman. Artinya, salah satu tolak ukur kesempurnaan iman
seseorang ialah sikap dalam menerima tamu. Sabda Rasulullah SAW:
مَنْ
كَاَنَ يُؤْمِنُ بِا اللهِ وَالْيَوْمِ الاَخِرِ فَالْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ (رواه البخارى)
Artinya: “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari
akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya.” (HR Bukhari)
b. Cara
Menerima Tamu yang Baik
1) Berpakaian yang pantas
Sebagaimana orang yang bertamu, tuan
rumah hendaknya mengenakan pakaian yang pantas pula dalam menerima kedatangan
tamunya. Berpakaian pantas dalam menerima kedatangan tamu berarti menghormati
tamu dan dirinya sendiri. Islam menghargai kepada seorang yang berpakaian
rapih, bersih dan sopan. Rasululah SAW bersabda yang artinya: “Makan dan
Minunmlah kamu, bersedekahlah kamu dan berpakaianlah kamu, tetapi tidak dengan
sombong dan berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah amat senang melihat bekas
nikmatnya pada hambanya.” (HR Baihaqi)
2) Menerima tamu dengan sikap yang baik
Tuan rumah hendaknya menerima
kedatangan tamu dengan sikap yang baik, misalnya dengan wajah yang cerah, muka
senyum dan sebagainya. Sekali-kali jangan acuh, apalagi memalingkan muka dan
tidak mau memandangnmya secara wajar. Memalingkan muka atau tidak melihat
kepada tamu berarti suatu sikap sombong yang harus dijauhi sejauh-jauhnya.
3) Menjamu tamu sesuai kemampuan
Termasuk salah satu cara menghormati
tamu ialah memberi jamuan kepadanya.
4) Tidak perlu mengada-adakan
Kewajiban menjamu tamu yang
ditentukan oleh Islam hanyalah sebatas kemampuan tuan rumah. Oleh sebab itu,
tuan rumah tidak perlu terlalu repot dalam menjamu tamunya. Bagi tuan rumah
yang mampu hendaknya menyediakan jamuan yang pantas, sedangkan bagi yang kurang
mampu henaknya menyesuaikan kesanggupannya. Jika hanya mampu memberikan air
putih maka air putih itulah yang disuguhkan. Apabila air putih tidak ada,
cukuplah menjamu tamunya dengan senyum dan sikap yang ramah
5) Lama waktu
Sesuai dengan hak tamu, kewajiban
memuliakan tamu adalah tiga hari, termasuk hari istimewanya. Selebihnya dari
waktu itu adalah sedekah baginya. Sabda Rasulullah SAW:
اَلضِّيَافَةُ
ثَلاَثَةُ اَيَّامٍ فَمَا كَانَ وَرَاءَ ذَالِكَ فَهُوَ صَدَقَةُ عَلَيْهِ (متفق عليه)
Artinya: “ Menghormati tamu itu
sampai tiga hari. Adapun selebihnya adalah merupakan sedekah baginya,.” (HR
Muttafaqu Alaihi)
6)
Antarkan sampai ke pintu halaman
jika tamu pulang
Salah satu cara terpuji yang dapat
menyenangkan tamu adalah apabila tuan rumah mengantarkan tamunya sampai ke
pintu halaman. Tamu akan merasa lebih semangat karena merasa dihormati tuan
rumah dan kehadirannya diterima dengan baik.
c. Wanita
yang sendirian di rumah dilarang menerima tamu laki-laki masuk ke dalam
rumahnya tanpa izin suaminya
Larangan ini bermaksud untuk menjaga
fitnah dan bahaya yang mungkin terjadi atas diri wanita tersebut. Allah
berfirman: (lihat al-qur’an onlines di google)
Artinya: ”…Maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada
SAW lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh
karena SAW telah memelihara (mereka)…” (QS An Nisa : 34
Rasulullah SAW bersabda;
اَلْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ فِى بَيْتِ زَوْجِهَا وَ
هِيَ مَسْئُوْلَةٌ عَنْ رَاعِيَتِهَا (رواه
احمد و البجارى و مسلم و ابو داود و الترمدى و ابن عمر)
Artinya: “ Wanita itu adalah (ibarat) pengembala di rumah
suaminya. Dia akan ditanya tentang pengembalaannya (dimintai pertanggung
jawaban).” (HR Ahmad, bukhari, Muslim, Abu Daud, Turmudzi dan Ibnu Umar)
Oleh sebab itu, tamu lelaki cukup
ditemui diluar rumah saja, atau diminta datang lagi (jika perlu) saat suaminya
telah pulang bekerja. Membiarkan tamu lelaki masuk ke dalam rumah padahal dia
(wanita tersebut) hany seorang diri, sama saja dengan membuka peluang besar
akan timbulnya bahaya bagi diri sendiri. Bahaya yang dimaksud dapat berupa
hilangnya harta dan mungkin sekali akan timbul fitnah yang mengancam
kelestarian rumah tangganya.
LATIHAN
A. Pilihlah
salah satu jawaban yang paling tepat dari pernyataan di bawah ini!
- Berikut ini perhiasan yang dilarang , kecuali…
a.
Memakai cincin emas bagi laki-laki
b.
Bertato dan mengikir gigi
c.
Berlebih-lebihan
d.
Menyambung rambut
e.
Memakai minyak rambut
2.
Allah SWT berfirman: “Hai anak adam,
pakailah pakaian mu yang indah di setiap (memasuki) masjid”. Hal tersebut dinyatakan
dalam surat Al A’raf ayat …
a.
3
b.
13
c.
23
d.
31
e.
43
3.
Menjaga kebersihan adalah merupakan
perbuatan yang disukai oelh Allah SWT. Sebaimana dinyatakan dalam surat At
Taubah ayat ….
a.
8
b.
18
c.
48
d.
78
e.
108
4.
Fungsi utama pakaian menurut agama
Islam adalah …
a.
nyaman dipakai
b.
hasil budaya
c.
penutup aurat
d.
penjaga keindahan
e.
penjaga kesehatan
5.
Perintah menutup aurat diperintahkan
Allah dalam surat …
a.
An Naba : 31
b.
An Nisa : 31
c.
An Najm : 5
d.
An Nahl : 31
e.
An Nur : 31
6.
Allah SWT memerintahkan kepada orang
yang beriman agar auratnya ditutup dan tidak sembarangan orang yang boleh
melihatnya. Hal tersebut bertujuan agar …
a.
terjaga kehormatan orang tersebut
b.
tidak tersentuh oelh orang lain
c.
dipandang orang taat beragama
d.
tetap bersih
e.
tampak lebih rapi
7.
Dalam Islam kewajiban menghormati
tamunya selama … hari
a.
satu
b.
dua
c.
tiga
d.
empat
e.
lima
8.
Dalam etika bertamu dan bermalam
sebaiknya melihat situasi dan kondisi tuan rumahnya, sebab …
a.
tuan rumah kurang kuat agamanya
b.
tidak punya kamar untuk beristirahat
c.
akan berdosa jika dapat memuliakan
tamunya
d.
setiap orang mempunyai kebiasaan
yang berbeda
e.
rumahnya masih kontrakan
9.
Menerima dan menghormati tamu
adalah…
a.
wajib
b.
anjuran
c.
haram
d.
sunah
e.
jaiz
10.
Berhias yang berlebih-lebihan
dilarang oleh Islam, karena…
a.
orangnya miskin
b.
hanya sebagai ibu rumah tangga
c.
menghambur-hamburkan harta
d.
orangnya hitam
e.
pendidikannya rendah
11.
Diantara tata cara bertamu yang baik
adalah…
a.
harga baju yang dipakai mahal
b.
membawa teman
c.
berpakaian rapi dan pantas
d.
pakai kendaraan
e.
sendirian
12.
Dibawah ini cara bertamu yang baik,
kecuali….
a.
Berpakaian yang rapi dan pantas,
b.
Memberi isyarat dan salam ketika
datang
c.
Jangan mengintip ke dalam rumah
d.
Minta izin masuk maksimal sebanyak
tiga kali
e.
Memaksa masukdan katakan bahwa kita
benar
13. Berikut
ini cara menerima tamu yang baik, kecuali…
a.
Berpakaian yang pantas
b.
Menerima tamu dengan sikap yang baik
c.
Menjamu tamu sesuai kemampuan
d.
Antarkan sampai ke pintu halaman
jika tamu pulang
e.
Suruh tamunya setelah kita merasa
bosan
14.
Apabila ada tamu laki-laki bagi
seorang isteri yang suaminya tidak di rumah sebaiknya …
a.
Mempersilahkan masuk
b.
Menunggu sampai suainya pulang
c.
Tidak memberi izin karena suaminya
tidak di rumah.
d.
Suruh ke rumah tetangga dalam rangka
menunggu
e.
Suruh ke rumah dan mempersilahkan
makan
15.
Artinya ialah….
a. Hai
orang-orang yang beriman,
b. Janganlah
kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu
c. Sebelum
meminta izin dan memberi salam
d. Yang
demikian itu lebih baik bagimu,
e. agar
kamu (selalu) ingat
16. “Janganlah
kamu memasuki rumah”
a.
b.
c.
d.
e.
17.
Pakaian yang tidak boleh dipakai
oleh laki-laki….
a.
Celana panjang
b.
Celana pendek sampai bawah lutut
c.
Baju kemeja
d.
Baju kaos
e.
Kain sutra
18.
potongan ayat ini artinya…
a. Hai
orang-orang yang beriman,
b. kamu
memasuki rumah
c. hingga
meminta izin
d. memberi
salam kepada ahlinya
e. Yang
demikian itu lebih baik bagimu
19. potongan ayat ini berarti….
a. Hai
orang-orang yang beriman,
b. kamu
memasuki rumah
c. hingga
meminta izin
d. memberi
salam kepada ahlinya
e. Yang
demikian itu lebih baik bagimu
20. arti potongan ayat ini ……
a. Hai
orang-orang yang beriman,
b. kamu
memasuki rumah
c. hingga
meminta izin
d. memberi
salam kepada ahlinya
e. Yang
demikian itu lebih baik bagimu
B. Jawablah
pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan benar!
1.
Sebutkan sedikitnya tiga fungsi
pakaian!
2.
Apakah yang dimaksud dengan aurat?
Jelaskan!
3.
Sebutkan larangan bertamu untuk tiga
waktu aurat!
4.
Sebutkan sedikitnya tiga cara
bertamu yang baik!
5.
Mengapa Islam mewajibkan umatnya
menghormati tamu!
6.
Kenapa seorang lelaki muslim tidak
memakai perhiasan emas,perak dan sutra? jelaskanlah pendapatmu!
7.
Kenapa seorang isteri dilarang
menerima tamu lelaki tanpa seizin suaminya? Jelaskan!
8.
Kenapa bertamu dibatasi sampai 3
malam? Jelaskan!
9.
Jelaskan tata cara berhias!
Langganan:
Postingan (Atom)